Gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India terus melonkak hingga jumlah total kasusnya sekarang mencapai 21,49 juta orang terinfeksi. Infeksi Covid-19 menyebar dari kota-kota yang penuh sesak ke desa-desa pedesaan terpencil yang merupakan rumah bagi hampir 70 persen masyarakat dari 1,3 miliar penduduk di negara itu.
India melaporkan juga kasus kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir sebanyak 3.915, sehingga total kematian menjadi 234.083 orang.
Para ahli medis memperkirakan jumlah real Covid-19 di India adalah lima hingga 10 kali lebih tinggi dari data resmi.
Perdana Menteri Narendra Modi telah banyak dikritik karena tidak bertindak cepat untuk menekan penyebaran gelombang kedua Covid-19, setelah festival keagamaan dan unjuk rasa politik menjadikan puluhan ribu orang menjadi "penyebar super" di India, dalam beberapa minggu terakhir.
Pemerintahannya juga telah dikritik karena keterlambatan dalam program vaksinasi, yang menurut para ahli medis adalah satu-satunya harapan India untuk mengendalikan gelombang kedua Covid-19.
Di sisi lain India adalah pembuat vaksin terbesar di dunia, yang kini berjuang untuk menghasilkan dosis yang cukup untuk membendung gelombang Covid-19.
Modi telah menekankan negara-negara bagian di India harus menjaga tingkat vaksinasi.
Meskipun negara ini telah memberikan setidaknya 157 juta dosis vaksin, tingkat inokulasinya telah turun tajam dalam beberapa hari terakhir.
"Setelah mencapai tingkat sekitar 4 juta sehari, kami sekarang turun menjadi 2,5 juta per hari karena kekurangan vaksin," kata Amartya Lahiri, seorang profesor di University of British Columbia seperti dikutip dalam surat kabar Mint.
"Target 5 juta sehari adalah batas bawah dari target yang harus kita bidik, karena bahkan pada tingkat itu, akan memakan waktu satu tahun bagi kita untuk mendapatkan semua orang menerima dua dosis. Sayangnya, kini situasi sangat suram."
Sejauh ini sistem pelayanan kesehatan India runtuh ketika pasien Covid-19 membludak, dengan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen medis.
Kamar mayat dan krematorium tidak dapat menangani jumlah orang mati, dan pemakaman darurat kremasi menyebar di taman dan tempat parkir mobil.(Reuters/Channel News Asia/Hindustan Times)