TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan belum melihat bukti dari Israel tentang adanya operasi Hamas di gedung Gaza yang menampung tempat tinggal, kantor dan organisasi media, termasuk Al Jazeera dan The Associated Press, yang dihancurkan Israel, pada Sabtu (15/5/2021).
Melansir Al Jazeera, Blinken mengatakan pada Senin (17/5/2021), telah meminta penjelasan Israel untuk serangan itu.
Sebelumnya, militer Israel memberi wartawan dan penghuni gedung lainnya beberapa waktu untuk mengungsi, mengklaim bahwa Hamas menggunakan gedung itu untuk kantor intelijen militer.
"Kami meminta rincian tambahan terkait pembenaran (serangan Israel)," kata Blinken dari Kopenhagen, Denmark.
Baca juga: Analisis Konflik Israel-Palestina, Netanyahu-Hamas Punya Pakta Politik Tak Tertulis
Baca juga: Netanyahu Petik Keuntungan Politik Pribadi Atas Perang Besar Israel-Palestina
"Saya belum melihat informasi apa pun yang diberikan," ungkapnya.
Juru bicara militer Israel, Letjen Jonathan Conricus, mengatakan kepada CNN pada Minggu (16/5/2021), “Kami berada di tengah pertempuran. Sedang diproses dan saya yakin pada waktunya informasi akan disajikan. "
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel akan membagikan bukti kehadiran Hamas di gedung yang ditargetkan melalui saluran intelijen.
Baik Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri tidak akan mengatakan apakah ada pejabat Amerika yang melihatnya.
Baca juga: Menlu Blinken Ajak Dunia Kerja Sama Perangi Krisis Iklim
Baca juga: Menlu AS Blinken Telepon Retno Marsudi, Ini yang Mereka Bahas
Blinken mengatakan pada Senin bahwa AS bekerja sepanjang waktu untuk membantu mengakhiri kekerasan, tetapi ia memberikan sedikit rincian.
Washington, sekutu kuat Israel, telah diisolasi di PBB karena keberatannya terhadap pernyataan publik oleh dewan tersebut karena khawatir hal itu dapat membahayakan diplomasi di balik layar.
Blinken mengatakan, Israel memiliki hak untuk membela diri, tetapi dia khawatir bahwa jurnalis dan pekerja medis telah berada dalam risiko, khususnya, setelah Israel menghancurkan blok menara di Gaza yang menampung sejumlah outlet media.
Baca juga: Bella Hadid Kenang Palestina di Masa Lalu, Sebelum Konflik dengan Israel
Baca juga: Legislator AS Pertanyakan Penjualan Senjata Senilai Rp 10,5 Triliun ke Israel
Panggilan untuk investigasi
Amnesty International dan pengawas media Reporters Without Borders meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki pemboman Israel atas gedung yang menampung organisasi media tersebut sebagai kemungkinan kejahatan perang.
Reporters Without Borders yang berbasis di Paris, dikenal dengan singkatan bahasa Prancis RSF, mengatakan dalam sebuah surat kepada kepala jaksa pengadilan bahwa kantor 23 organisasi media internasional dan lokal telah dihancurkan selama enam hari terakhir.