News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel Serang Jalur Gaza

PROFIL Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Surati Jokowi: Pernah Lolos dari Upaya Pembunuhan Israel

Penulis: garudea prabawati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melambai saat tiba untuk pertemuan dengan perwakilan faksi Palestina lainnya di kedutaan Palestina di ibu kota Lebanon, Beirut pada 3 September 2020

TRIBUNNEWS.COM - Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas, meminta dukungan dari Indonesia, untuk melawan pendudukan Israel.

Bahkan dirinya juga menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Selasa (18/5/2021).

"Kami meminta Anda (Presiden Jokowi) untuk bertindak segera, dan memobilisasi dukungan internasional, untuk mengambil posisi yang jelas dan tegas, untuk mendukung mengakhiri agresi dan teror yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung," ujar Haniyeh, dikutip dari Anadolu Agency.

Dia menyerukan diakhirinya semua pelanggaran di Yerusalem yakni skema Yudaiisasi, permukiman, pengusiran paksa dan diskriminasi rasial.

Ia juga menyerukan agar dicabut semua keputusan yang menargetkan wilayah Palestina, terutama lingkungan Sheikh Jarrah.

Baca juga: Jokowi Didorong Segera Telepon Joe Biden Untuk Hentikan Serangan Israel Terhadap Palestina

Haniyeh juga meminta Presiden Jokowi untuk memobilisasi dukungan internasional, mendesak Israel agar 'menjauhkan tangannya' dari Masjid Al-Aqsa.

Juga untuk menghentikan pelanggaran terhadap jamaah atau warga Masjid Al-Aqsa, dan mengizinkan mereka untuk menjalankan ritual dan sholat dengan bebas.

“Semoga Tuhan melestarikan dan mengaruniakan kesuksesan, dan untuk persaudaraan Indonesia lebih maju,” tutupnya.

Lantas siapakah sosok Ismail Haniyeh?

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (18/5/2021) lalu. Dalam suratnya, Haniyeh menjelaskan kepada Presiden Jokowi soal eskalasi kekerasan Israel di Palestina. (Tangka Layar Anadolu Agency)

Dikutip dari AlJazeera,  Ismail Haniyeh terlahir di kamp pengungsi Shati di Gaza.

Orang tuanya melarikan diri dari kota Asqalan setelah negara Israel didirikan pada tahun 1948.

Haniyeh belajar di Institut al-Azhar di Gaza dan lulus dengan gelar Sastra Arab dari Universitas Islam di Gaza.

Saat kuliah pada 1983, Haniyeh bergabung dengan Islamic Student Bloc, pendahulu Hamas.

Baca juga: Jokowi Didorong Segera Telepon Joe Biden Untuk Hentikan Serangan Israel Terhadap Palestina

Tahun ia lulus, 1987, menandai dimulainya pemberontakan massal Palestina pertama melawan pendudukan Israel, yang dikenal sebagai Intifada Pertama.

Dan selanjutnya berdirilah Hamas sebagai kelompok resmi di Palestina.

Dipenjara hingga Upaya Pembunuhan

Otoritas Israel pernah memenjarakan Haniyeh selama 18 hari ketika dia ikut serta dalam protes menentang pendudukan.

Setahun kemudian, pada tahun 1988, dia dipenjara lagi selama enam bulan.

Ia menghabiskan tiga tahun di penjara lagi pada tahun 1989 dengan tuduhan bahwa dia adalah anggota Hamas, ketika Intifada dibuka.

Setelah dibebaskan, Israel mendeportasi Haniyeh ke Lebanon Selatan bersama dengan para pemimpin senior Hamas lainnya.

Baca juga: Istana Minta Masyarakat Hentikan Perdebatan Soal Palestina-Israel yang Dapat Timbulkan Perpecahan

Setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina, dia kembali ke Gaza.

Haniyeh naik pangkat dalam gerakan sebagai asisten dekat dan asisten salah satu pendiri Hamas, almarhum Sheikh Ahmed Yassin, pada tahun 1997.

Pengunjuk rasa Palestina berlindung dari pasukan keamanan Israel di tengah bentrokan di dekat pemukiman Beit El dan Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada 18 Mei 2021. Serangan udara besar dan tembakan roket dalam konflik Israel-Gaza merenggut lebih banyak nyawa di kedua sisi sebagai ketegangan. berkobar dalam protes "hari kemarahan" Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki. (ABBAS MOMANI / AFP)

Pada tahun 2001, ketika Intifadah kedua meletus, Haniyeh memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin politik Hamas, peringkat ketiga setelah Yassin dan Abdul Aziz al-Rantisi.

Haniyeh dan Yassin lolos dari kematian pada tahun 2003, dalam upaya pembunuhan Israel yang gagal dalam bentuk serangan udara di sebuah blok apartemen di pusat kota Gaza.

Baca juga: KSP Moeldoko: Indonesia Tak Pernah Berubah, Tetap Kecam Serangan Israel ke Palestina

Beberapa bulan kemudian, Yassin, yang lumpuh, menjadi sasaran dan dibunuh oleh helikopter Israel saat dia meninggalkan masjid setelah shalat subuh.

Haniyeh menjadi terkenal pada tahun 2006 ketika dia memimpin Hamas memenangkan pemilu legislatif atas gerakan Fatah, yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade.

Berita terkait Israel Serang Jalur Gaza

(Tribunnews/Garudea Prabawati)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini