Di area Taksim banyak didiami warga kepercayaan maupun etnis minoritas di Istanbul selama era Ottoman.
Ada beberapa gereja di area itu, salah satunya gereja Ortodoks Yunani terbesar di Istanbul.
"Kami tidak memiliki cukup masjid di sekitar sini, jadi ini bagus," kata Canan Kurtoglu (53).
Namun menurut kritikus, upaya Erdogan mendirikan masjid di pusat kota terkesan memaksakan agama dan konservatif serta bentuk dominasi atas area itu.
Pengamat di Institut Washington, Soner Cagaptay mengatakan bahwa "melindungi masjid simbolis besar di kota kelahirannya. Erdogan tampaknya bertekad untuk meninggalkan jejaknya yang tak terhapuskan di Turki."
Pembangunan yang Kontroversial
Sejak menjadi Wali Kota Istanbul pada 1994, Erdogan mempertanyakan mengapa tidak ada masjid di Lapangan Taksim.
Dia menekankan bahwa satu-satunya situs keagamaan yang terlihat di daerah itu adalah Gereja Ortodoks.
"Bahkan tidak ada ruang sholat dan umat harus puas dengan shalat beralas koran di lapangan," kata Erdogan pada Jumat lalu, dikutip dari France24.
Video momen Erdogan berjanji membangun sebuah masjid tepat di tempatnya sekarang berdiri pada 1994 lalu ditampilkan.
Namun proyek ini tertunda hingga beberapa dekade dalam pertempuran pengadilan dan debat publik.
Baca juga: Bashar al-Assad Menangkan Pilpres Suriah: Amerika, Turki, dan Inggris Bilang Tidak Sah
Baca juga: Presiden Turki Erdogan Sebut Joe Biden Punya Tangan Berdarah karena Mendukung Israel
Penuntut berpendapat masjid itu merupakan upaya untuk memaksakan agama di alun-alun dan merusak warisan Mustafa Kemal Ataturk, yang mendirikan republik Turki yang berorientasi sekuler setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman.
Pembangunan masjid akhirnya dimulai pada 2017.
Masjid baru berkapasitas 2.250 jamaah ini dikabarkan berisi ruang pameran, perpustakaan, dapur umum, dan tempat parkir mobil.
Ini adalah landmark keagamaan besar ketiga yang didirikan di Istanbul itu baru-baru ini oleh Erdogan.
Sebelumnya, Masjid Camlica dibuka pada Maret 2019.
Diikuti Hagia Sophia, museum yang sebelumnya bekas masjid di masa Kekaisaran Ottoman diubah lagi oleh Erdogan menjadi tempat ibadah umat Islam 2020 lalu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)