TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron tetap melanjutkan agendanya menyapa warga secara langsung meski sempat ditampar seorang pria.
Dilansir France24, Macron mengabaikan serangan yang terjadi pada Selasa (8/6/2021) di Desa Tain l'Hermitage itu.
Ia menyebutnya sebagai "peristiwa yang terisolasi" dan "kebodohan".
Macron kemudian tetap melanjutkan agendanya beberapa saat kemudian di kota terdekat Valence.
"Jelas perjalanannya akan berlanjut: presiden akan tetap berhubungan dengan publik Prancis," kata juru bicara pemerintah Gabriel Attal, Rabu (9/6/2021).
Baca juga: Ditampar Pria Tak Dikenal di Muka Umum, Ini Reaksi Presiden Prancis Emmanuel Macron
Baca juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Ditampar Seorang Pria di Kerumunan
Penyerang Macron, seorang pria berusia 28 tahun yang diidentifikasi sebagai Damien T, ditahan polisi sejak hari Rabu.
Ia diperkirakan akan didakwa menyerang seorang tokoh masyarakat dan terancam hukuman penjara maksimum tiga tahun.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron ditampar wajahnya saat melakukan kunjungan resmi ke bagian tenggara Prancis.
Dilansir BBC, dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Macron terlihat berjalan mendekati warga di Tain-l'Hermitage di luar kota Valence.
Di belakang pembatas, seorang pria berbaju hijau tiba-tiba menampar wajah Macron sebelum petugas dengan cepat bergerak.
Setelah itu, presiden ditarik menjauh dari kerumunan.
Pria itu dilaporkan meneriakkan "Turunkan Macron-isme" saat dia menampar presiden, serta "Montjoie, Saint-Denis" - seruan perang Kerajaan Prancis lama, mengacu pada panji Raja Charlemagne.
Dalam video tersebut, Macron sebentar kembali ke penghalang setelah insiden itu dan sekali lagi berinteraksi dengan orang banyak.
"Kita tidak boleh membiarkan orang-orang ultra-kekerasan mengambil alih debat publik: mereka tidak pantas mendapatkannya," kata Macron kepada surat kabar Prancis Le Dauphiné.
"Saya melanjutkan dan saya akan melanjutkan."
"Tidak ada yang akan menghentikan saya."
Baca juga: Terlibat Penculikan Anak, Ahli Teori Konspirasi Buron dari Prancis Ditangkap di Malaysia
Baca juga: Naomi Osaka Alami Depresi Kalau Ikut Jumpa Pers, Begini Sikap Penyelenggara Turnamen Prancis Terbuka
GSPR, "Paspampres" Macron
Presiden Prancis dilindungi oleh Kelompok Keamanan untuk Kepresidenan Republik, yang dikenal sebagai GSPR.
GSPR didirikan pada 1983 dan dilaporkan terdiri dari 77 pria dan wanita untuk melindungi Macron dalam berbagai acara.
Menurut saluran TV Prancis BFM, petugas GSPR memeriksa lokasi sebelum kunjungan presiden.
Personel bersenjata kemudian ditugaskan untuk menjaga ketat presiden dalam perjalanan itu sendiri.
Saluran tersebut melaporkan bahwa 10 anggota GSPR bersama Macron dalam perjalanan hari Selasa.
Reaksi Berbagai Pihak Melihat Presiden Macron Ditampar
Sejumlah politisi dengan cepat mengecam insiden itu.
Perdana Menteri Jean Castex mengatakan kepada Majelis Nasional tak lama setelah itu bahwa meski demokrasi berarti debat dan ketidaksepakatan yang sah, dalam hal apapun tidak boleh berarti kekerasan, agresi verbal dan bahkan lebih sedikit serangan fisik.
Pemimpin sayap kiri Jean-Luc Mélenchon men-tweet "solidaritas dengan presiden" segera setelah tamparan itu.
Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen memposting kecamannya sendiri, mengatakan bahwa meski debat demokrasi bisa pahit, tapi kekerasan fisik tidak bisa ditolerir.
Presiden Macron saat ini sedang melakukan tur ke Prancis.
Ia baru saja mengunjungi sebuah sekolah hotel di Tain-l'Hermitage.
Kunjungannya ke daerah itu dilanjutkan pada Selasa, kata para pejabat, dengan perjalanan ke sebuah lembaga kejuruan untuk usia 25-30 tahun.
Kunjungan presiden dilakukan setelah langkah besar Macron untuk bar dan restoran Prancis, yang akan dapat dibuka kembali setelah tujuh bulan ditutup.
Jam malam Prancis juga dimundurkan dari pukul 21.00 hingga 23.00 pada hari Rabu.
"Besok, langkah baru akan diambil," tweet Macron setelah kunjungannya ke sekolah hotel.
"Hidup akan dilanjutkan di semua wilayah kita!"
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Emmanuel Macron