News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel Serang Jalur Gaza

Israel Kirim Serangan Udara Balasan setelah Balon Pembakar dari Palestina Sebabkan 20 Kebakaran

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ledakan menerangi langit malam di atas gedung-gedung di Kota Gaza saat pasukan Israel menembaki daerah kantong Palestina, pada awal 16 Juni 2021.

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel mengonfirmasi telah menembakan serangan udara ke Gaza, Rabu (16/6/2021) sebagai tanggapan atas peluncuran balon pembakar pada Selasa (15/6/2021).

Melansir itv.com, balon pembakar yang dikirim Palestina ke Israel menyebabkan sedikitnya 20 kebakaran di ladang wilayah Israel selatan.

Serangan dari Palestina datang setelah ratusan ultra-nasionalis Israel turun ke jalan dan berbaris di Yerusalem timur.

Pawai tersebut menandai acara tahunan untuk merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem timur pada 1967 lalu, namun acara dianggap sebagai provokasi.

Baca juga: Israel Lancarkan Serangan Udara ke Gaza setelah Palestina Kirim Balon Pembakar

Baca juga: BREAKING NEWS: Militer Israel Konfirmasi Serangan Udara ke Gaza

Ledakan menerangi langit malam di atas gedung-gedung di Kota Gaza saat pasukan Israel menembaki daerah kantong Palestina, pada awal 16 Juni 2021. (MAHMUD HAMS / AFP)

Sementara, Hamas mengimbau warga Palestina untuk menentang kegiatan yang dianggap dapat memicu kembali perang 11 hari yang baru saja padam.

Alunan musik menggelegar, ratusan kaum nasionalis Yahudi berkumpul dan bergerak menuju Gerbang Damaskus.

Para pemuda mendominasi kerumunan tersebut. Banyak di antara mereka memegang bendera Israel biru-putih, menari serta menyanyikan lagu-lagu religi.

Dalam lirik lagu lain yang dinyanyikan terdengar "semoga desamu terbakar".

Baca juga: Profil Yair Lapid, Pemimpin Oposisi yang Menantang Benjamin Netanyahu dalam Pemilu Israel

Pemimpin oposisi sentris Israel Yair Lapid menyampaikan pernyataan kepada pers di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem pada 31 Mei 2021. Lapid mengatakan "banyak rintangan" masih ada sebelum koalisi yang beragam untuk menggulingkan Perdana Menteri sayap kanan yang sudah lama menjabat, Benjamin Netanyahu dapat disepakati. (DEBBIE HILL / POOL / AFP)

Menteri Luar Negeri Israel yang baru, Yair Lapid mengecam aksi rasis tersebut dengan mengatakan "aib bagi rakyat Israel".

"Fakta bahwa ada kaum radikal yang berbendera Israel mewakili kebencian dan rasisme adalah keji dan tak termaafkan," kata Yair Lapid.

Meski terlihat riuh, kerumunan tampak jauh lebih kecil dari parade yang berlangsung bulan lalu.

Dari Gerbang Damaskus, demonstran berjalan mengelilingi Kota Tua ke Tembok Barat, tempat paling suci, di mana orang Yahudi bisa berdoa.

Menjelang pawai, polisi Israel membersihkan area di depan Gerbang Damaskus, menutup jalan untuk lalu lintas, memerintahkan toko-toko untuk tutup dan mengusir pengunjuk rasa Palestina.

Polisi mengatakan, petugas menangkap 17 orang yang dicurigai terlibat dalam kekerasan.

Beberapa di antaranya melemparkan batu dan menyerang polisi dan dua petugas polisi membutuhkan perawatan medis.

Palestina mengatakan, lima orang terluka dalam bentrokan dengan polisi.

Baca juga: POPULER Internasional: Pria Turunkan BB 80 Kg dalam Setahun | Profil PM Israel Naftali Bennett

Baca juga: Profil Naftali Bennett, Digadang-gadang sebagai Calon Perdana Menteri Israel Gantikan Netanyahu

Pemimpin partai Yamina Israel, Naftali Bennett (kiri), tersenyum saat berbicara dengan pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid, selama sesi khusus Knesset, parlemen Israel, untuk memilih presiden baru, di Yerusalem pada 2 Juni 2021. politisi berjuang untuk menggulingkan veteran sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkunci dalam pembicaraan terakhir hari ini untuk menuntaskan "perubahan" koalisi mereka terdiri dari saingan ideologis pahit. Lawan Netanyahu memiliki waktu hingga akhir hari – 11:59 malam (2059 GMT) – untuk menyusun pemerintahan yang akan mengakhiri 12 tahun berturut-turut kekuasaan oleh kelas berat hawkish, perdana menteri Israel yang paling lama berkuasa. (RONEN ZVULUN / POOL / AFP)

Tantangan bagi Naftali Bennett

Parade tersebut memberikan tantangan awal bagi perdana menteri baru Israel, Naftali Bennett.

Ia adalah seorang nasionalis Israel garis keras yang menjanjikan pendekatan pragmatis saat memimpin pemerintahan koalisi yang beragam dan halus.

Koalisi dilantik pada Minggu (13/6/2021) beserta partai-partai dari seluruh spektrum politik, termasuk partai kecil Arab.

Baca juga: Militer Israel Klaim Hamas Gunakan Blok Menara Media di Gaza untuk Situs Perang Elektronik

Baca juga: Korea Utara Sebut Israel Mengubah Jalur Gaza Jadi Tempat Jagal Manusia dan Anak-anak

Mansour Abbas, yang mengetuai Partai Raam merupakan faksi Arab pertama yang bergabung dengan koalisi Israel, mengatakan pawai itu upaya 'membakar' kawasan itu untuk tujuan politik, yang bermaksud merongrong pemerintah baru.

Abbas mengatakan, polisi dan menteri keamanan publik seharusnya membatalkan acara tersebut.

"Saya menyerukan kepada semua pihak untuk tidak terseret ke dalam eskalasi dan menjaga pengendalian diri secara maksimal," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, pawai melewati Gerbang Damaskus dan masuk ke jantung kawasan Muslim, lingkungan Palestina yang ramai dengan jalan-jalan dan gang-gang sempit.

Namun polisi mengubah rute pada Selasa untuk menghindari daerah tersebut.

Baca juga: Mesir Kirim Peralatan Bangunan dan Insinyur untuk Memulai Rekonstruksi Gaza

Sebaliknya, rute itu mengitari tembok kuno Kota Tua dan melalui Gerbang Jaffa, jalan raya utama bagi para turis, dan menuju Kawasan Yahudi dan Tembok Barat.

Gerbang Damaskus adalah titik kehidupan Palestina di Yerusalem timur.

Para pengunjuk rasa Palestina berulang kali bentrok dengan polisi Israel atas pembatasan pertemuan publik selama bulan suci Ramadhan pada April dan Mei.

Bentrokan itu menyebar ke kompleks Masjid Al-Aqsa.

Ketegangan pada saat itu semakin dipicu oleh protes atas ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi, juga di Yerusalem.

Puncak ketegangan terjadi pada 10 Mei, saat ultra-nasionalis Israel mengadakan parade bendera tahunan mereka.

Atas nama mempertahankan kota suci, Hamas menembakkan roket jarak jauh ke Yerusalem, mengganggu pawai dan memicu perang Gaza, yang merenggut lebih dari 260 nyawa warga Palestina dan menewaskan 13 orang di Israel.

Hamas telah meminta warga Palestina untuk menunjukkan 'perlawanan yang berani' terhadap pawai tersebut.

Ia mendesak orang-orang untuk berkumpul di Kota Tua dan di Masjid Al-Aqsa untuk bangkit menghadapi penjajah dan melawannya dengan segala cara untuk menghentikan kejahatan dan arogansinya.

Berita lain terkait dengan Israel Serang Jalur Gaza

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini