TRIBUNNEWS.COM - Sejak pandemi Covid-19 dimulai, virus yang menyebabkan penyakit itu, SARS-CoV-2, telah bermutasi beberapa kali, dengan beberapa jenis yang lebih menular dan lebih mematikan daripada yang lain.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan empat mutasi tersebut sebagai varian yang mengkhawatirkan, yaitu Alfa, Beta, Gamma, dan Delta.
Empat varian lainnya, yaitu Eta, Iota, Kappa, dan Lambd, telah ditetapkan sebagai varian yang diminati.
Apalagi varian Lambda, yang pertama kali terdeteksi di Peru, menyebar dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir.
Lambda saat ini merupakan varian dominan di negara Andes, yang memiliki tingkat kematian virus corona per kapita tertinggi di dunia.
Baca juga: Hasil Penelitian di AS: Vaksin Johnson & Johnson Kurang Efektif Melawan Varian Delta dan Lambda
Baca juga: Lambda, Varian Virus Corona Baru yang Membuat Bingung Ilmuwan karena Mutasinya yang Tak Biasa
Varian ini juga telah menyebar ke setidaknya 28 negara lain termasuk Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Inggris.
Di mana dan kapan pertama kali terdeteksi?
Varian Lambda pertama kali terdeteksi di Peru Desember lalu. Ini adalah variasi dari virus corona baru yang pertama kali tercatat di negara itu pada Agustus 2020.
Asal pasti varian Lambda, yang sebelumnya dikenal sebagai strain Andes, masih belum jelas. Tetapi para ilmuwan mengatakan itu pertama kali muncul di Amerika Selatan.
Institus Kesehatan Nasional Peru menyebutkan, Lambda telah berkembang mewakili 80 persen dari semua kasus di Peru dalam tiga bulan terakhir.
“Ketika kami menemukannya, itu tidak menarik banyak perhatian,” kata Pablo Tsukayama, seorang dokter di mikrobiologi molekuler di Universitas Cayetano Heredia di Lima. Tsukayama adalah salah satu orang yang mendokumentasikan kemunculan Lambda.
Baca juga: Kappa dan Lambda, Varian Baru Virus Corona yang Dikhawatirkan Ilmuwan di Samping Varian Delta
Baca juga: Hasil Studi: Covid-19 Varian Lambda Kebal Vaksin dan Lebih Menular daripada Delta
“Tapi kami terus memproses sampel, dan pada bulan Maret, sudah ada di 50 persen sampel di Lima. Pada April, itu ada di 80 persen sampel di Peru, ”kata Tsukayama kepada Al Jazeera.
Ia menekankan, lonjakan dari satu menjadi 50 persen itu merupakan indikator awal dari varian yang lebih menular.
Menurut Tsukayama, strain Lambda pada awalnya tidak menimbulkan kekhawatiran karena strain baru biasa ditemukan di tempat-tempat dengan tingkat infeksi yang tinggi.