Kim Byung-kee, legislator Korea Selatan lainnya, mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya tidak puas dengan Amerika Serikat karena tidak menawarkan konsesi untuk moratorium uji coba nuklir dan ICBM.
Baca juga: AS Khawatir Soal Ancaman Peningkatan Kekuatan Nuklir China
Baca juga: Angkatan Darat AS Klaim KorUt Miliki 60 Bom Nuklir hingga 5000 Ton Persedian 20 Jenis Senjata Kimia
“Amerika Serikat harus dapat membawa mereka kembali ke dialog dengan menyesuaikan kembali beberapa sanksi,” kata Kim, mengutip Park.
Seorang pejabat senior dalam pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan pada bulan Maret bahwa Korea Utara tidak menanggapi upaya diplomatik.
Setelah meninjau kebijakan Korut, Pemerintah AS mengatakan akan berdiplomasi agar Korut membatalkan program nuklirnya tanpa AS harus memberi kesepakatan.
Latihan militer yang melibatkan pasukan AS dan Korea Selatan, yang dilihat Korea Utara sebagai persiapan untuk invasi, dapat menghalangi langkah positif apa pun.
Adik pemimpin Korea Utara, Kim Yo Jong memperingatkan Korea Selatan pada hari Minggu (1/8/2021) bahwa latihan bersama dengan Amerika Serikat akan merusak membaiknya hubungan antara kedua Korea.
Baca juga: Korea Selatan Jatuh ke Jurang Resesi, Ekonomi Korut Justru Tumbuh Positif
Baca juga: Konflik Korsel vs Korut Makin Panas: Perang Selebaran dan Propaganda
Anggota parlemen Ha mengatakan Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah menyatakan kesediaan untuk membangun kembali kepercayaan dan meningkatkan hubungan sejak April dan Kim telah meminta untuk menghubungkan kembali hotline.
Disebutkan, Korea Utara membutuhkan sekitar 1 juta ton beras bahkan setelah melepaskan cadangan yang disimpan jika terjadi perang, karena ekonominya telah terpukul oleh virus corona dan cuaca buruk tahun lalu.
Bank sentral Korea Selatan mengatakan pekan lalu bahwa ekonomi Korea Utara mengalami kontraksi terbesar dalam 23 tahun pada 2020.
“Mereka kehabisan cadangan dan menyimpan sekitar 400.000 ton tanaman musim panas termasuk jelai dan kentang yang baru saja mereka panen,” kata Kim Byung-kee. (Tribunnews.com/JapanTimes/Hasanah Samhudi)