News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Indonesia Tidak Akan Tutup KBRI Kabul, Taliban Dinilai Sudah Moderat

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah siswi belajar di kelas di Herat, Selasa (17/8/2021), setelah Taliban mengambilalih kekuasaan di Afghanistan. Taliban berjanji akan menghormati hak-hak perempuan, termasuk hak Pendidikan, pekerjaan, dan ketidakharusan menggunakan burqa.

Menurutnya pemerintah Taliban sekarang jauh lebih moderat, terbuka dan menjunjung tinggi HAM dan demokrasi plus Islam.

“Bukan Taliban lama, ini new Taliban,” ujarnya.

Indonesia punya peran untuk ikut mendorong Taliban menguatkan wasotiyatul Islam.

Menurut Sudarnoto, prinsip wasotiyah ini penting dibangun dan diperkuat tidak saja untuk kepentingan Afghanistan agar tidak lagi terbentur bentur dalam konflik sekaligus melakukan konsolidasi politik yang firm.

“Prinsip wasotiyah, berarti pemerintah Taliban harus menyiapkan diri untuk semakin terbuka dengan dunia yang lebar,” ujarnya.

Taliban menurutnya sekarang akan semakin menyadari bahwa "menjadi terbuka" sebagai anggota komunitas global adalah penting.

Faktor ekonomi misalnya akan mendorong atau memaksa pemerintah Taliban untuk mengubur ekstrimisme dan menghargai aturan pergaulan internasional.

“Ini bisa menjadi momentum penting bagi "a new era of the new Taliban." jika tidak, maka Afghanistan akan terkucil atau dikucilkan oleh masyarakat internasional dan besar kemungkinan miskin,” ujarnya.

Menurutnya Amerika Serikat (AS) memang berjasa membuka jalan bagi Taliban untuk menyempurnakan misi politiknya.

Sebagai negara besar, AS pernah membantu membebaskan Afghanistan dari Rusia misalnya beberapa tahun silam.

AS memberikan Taliban hak atas Afghanistan, termasuk memimpin kembali Afghanistan.

“Taliban pasti berterima kasih ke AS yang telah memuluskan jalan,” ujarnya.

Menurutnya Amerika sendiri juga punya alasan kuat untuk hengkang dari Afghanistan tanpa pamit dengan pertimbangan geopolitik.

“Jadi (AS) nggak mau berhadapan langsung dengan "musuh"nya, yaitu China. China itu sangat berkepentingan dengan Afghanistan. Jika Amerika bertahan terus di Afghanistan, tidak akan menyehatkan bagi Amerika sendiri dan Afghanistan."

"Apalagi keduanya (Taliban dan Amerika) pernah terikat dengan satu perjanjian,” ungkapnya.(Tribun Network/ras/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini