TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joe Biden mengatakan pasukan AS mungkin akan tetap berada di Afghanistan setelah batas waktu penarikan.
Hal itu dilakukan mengingat para pejuang Taliban bersenjata yang menahan para pengungsi untuk sampai ke bandara Kabul untuk meninggalkan negara.
Dilansir BBC.com, Joe Biden awalnya ingin pasukan AS meninggalkan Afghanistan pada akhir bulan ini.
Tetapi masih ada 15.000 warga AS yang terdampar di sana.
Biden mengatakan kepada ABC News bahwa gejolak di Kabul tidak dapat dihindari.
Washington telah berjanji untuk mengevakuasi semua warga Amerika yang tersisa, bersama dengan 50-65.000 warga Afghanistan lainnya, termasuk mantan penerjemah untuk militer AS.
Secara total, Amerika telah mengevakuasi lebih dari 5.200 orang hingga saat ini, termasuk 2.000 orang dalam 24 jam terakhir.
Baca juga: Taliban Rayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan, Tantangan Besar Menanti
Baca juga: Pasukan Taliban Mulai Tembaki Warga yang Protes Pengibaran Bendera Afghanistan
Pentagon telah mengatakan kepada wartawan bahwa mereka bertujuan untuk menambah kuota pengangkutan udara menjadi 9.000 orang per hari.
Sekitar 4.500 tentara AS mengendalikan Bandara Internasional Karzai di ibu kota negara itu, tetapi pejuang Taliban dan pos pemeriksaan mengelilingi perbatasan.
Sejak Minggu (15/8/2021), 12 orang tewas di dalam dan sekitar bandara, kata seorang pejabat Taliban kepada kantor berita Reuters.
Kematian disebabkan oleh tembakan atau terinjak-injak akibat kerumunan.
Taliban menghalangi warga Afghanistan yang tak memiliki dokumen perjalanan untuk memasuki bandara, tetapi bahkan mereka yang memiliki otorisasi yang sah pun dipersulit.
Seorang penerjemah Afghanistan dilaporkan ditembak di bagian kaki oleh Taliban ketika ia mencoba mencapai bandara pada Selasa malam untuk mengejar penerbangan evakuasi militer Australia.
Foto-foto yang diterbitkan oleh SBS menunjukkan pria itu dirawat karena luka tembak oleh seorang dokter.
Beberapa warga negara AS mengatakan kepada mitra BBC AS, CBS News bahwa mereka juga tidak dapat masuk bandara untuk menaiki penerbangan evakuasi yang sudah dijadwalkan.
Rabu malam waktu AS, Administrasi Penerbangan Federal AS mengatakan maskapai penerbangan domestik dan pilot sipil sekarang akan diizinkan terbang ke Kabul untuk melakukan penerbangan evakuasi atau bantuan, selama mereka memiliki izin dari Departemen Pertahanan AS.
Ditanya oleh ABC apakah dia akan mengakui kesalahan dalam penarikan pasukannya yang berujung ricuh, Biden berkata: "Tidak."
Biden menambahkan: "Gagasan bahwa entah bagaimana ada cara untuk keluar tanpa kekacauan yang terjadi, saya tidak tahu bagaimana itu terjadi."
Biden juga ditanya tentang foto-foto viral minggu ini tentang orang-orang Afghanistan yang jatuh dari pesawat militer Amerika karena mereka bergelantungan di badan pesawat.
Ia mengatakan: "Itu kan empat hari yang lalu, lima hari yang lalu!"
Dalam wawancara hari Rabu, presiden kembali menyalahkan pemerintah Afghanistan dan militernya atas penaklukan kilat Taliban di negara itu.
Sumber-sumber intelijen mengatakan kepada BBC bahwa Biden telah memahami dengan baik risiko penarikan pasukannya.
Tetapi dia tetap tegas dalam keputusannya untuk keluar tahun ini.
"Taliban akhirnya akan menang," kata Paul Pillar, mantan pejabat CIA yang sekarang di Universitas Georgetown.
"Tetapi kecepatan atau ketepatan, atau ketika sesuatu akan terjadi, pada dasarnya tidak dapat diprediksi."
"Apakah ini kegagalan intelijen? Dugaan saya mungkin tidak," tambahnya.
Pada hari Rabu, Dana Moneter Internasional menangguhkan akses Afghanistan ke $ 440m dalam cadangan moneter - sebuah langkah yang didorong oleh Departemen Keuangan AS untuk mencegah dana jatuh ke tangan Taliban.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang digulingkan, yang melarikan diri dari Afghanistan ketika pasukan Taliban menyerbu Kabul pada hari Minggu, sementara itu mengatakan dia hanya mengikuti saran dari pejabat pemerintah.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya tentang Konflik di Afghanistan