Israel mulai memberikan dosis ketiga (booster) Pfizer bulan lalu untuk menghadapi lonjakan infeksi lokal yang didorong oleh Delta.
Baca juga: CEO Pfizer Sebut Efektivitas Vaksin Covid Turun Jadi 84% setelah 6 Bulan
Baca juga: Pfizer dan Moderna Naikkan Harga Vaksin Covid-19 untuk Uni Eropa karena Permintaan Meningkat
Beberapa negara Eropa juga diperkirakan mulai memberikan booster kepada orang tua dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Pfizer mengatakan kemanjuran vaksinnya menurun seiring waktu.
Bulan lalu AstraZeneca mengatakan masih mencari tahu berapa lama perlindungan vaksinnya bertahan dan apakah dosis booster diperlukan untuk menjaga kekebalan.
“Fakta bahwa kami melihat… lebih banyak viral load menunjukkan bahwa memang kekebalan kelompok mungkin menjadi lebih menantang,” kata rekan penulis Koen Pouwels, juga dari Universitas Oxford.
"Vaksin mungkin paling baik dalam mencegah penyakit parah dan sedikit mencegah penularan," kata Dr Pouwels.
Baca juga: Hasil Studi: Dua Dosis Vaksin Pfizer atau Astrazeneca Efektif Lawan Varian Delta
Baca juga: Israel Tawarkan Suntikan Booster Vaksin Pfizer/BioNTech untuk Para Lansia
Para penulis memperingatkan bahwa konsentrasi virus di tenggorokan hanyalah gambaran kasar untuk tingkat keparahan gejala dan bahwa mereka tidak memiliki data baru tentang durasi infeksi.
Survei tersebut, yang belum ditinjau sejawat sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, menggarisbawahi kekhawatiran para ilmuwan bahwa varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, dapat menginfeksi orang yang divaksinasi penuh pada tingkat yang lebih besar daripada varian sebelumnya.
Juga ada kekhawatiran bahwa orang yang divaksinasi dapat lebih mudah menularkannya.
Untuk membedakan periode sebelum dan sesudah varian Delta menyerang, para peneliti Oxford menganalisis sekitar 2,58 juta swab yang diambil dari 380.000 orang dewasa yang dipilih secara acak antara 1 Desember 2020, dan 16 Mei 2021, dan 810.000 hasil tes dari 360.000 peserta antara 17 Mei dan 1 Agustus.
Studi ini dilakukan bekerja sama dengan Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) dan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC). (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)