Tak dipungut biaya masuk karena dimiliki oleh pemerintah Fukaya.
"Itu sangat nyata, saya kaget juga seperti sungguhan," kata seorang wanita berusia 30-an tahun yang datang dari kota Prefektur Sakado bersama anak-anaknya.
Shibusawa yang jago akunting itu mengenalkan kapitalisme Barat ke Jepang setelah Restorasi Meiji.
Ia terlibat dalam mendirikan lebih dari 500 perusahaan, banyak di antaranya masih di antara perusahaan terbesar di Jepang.
Dia adalah salah satu orang pertama yang menggunakan ide-ide Konfusianisme dalam manajemen bisnis.
Pindah dari politik ke bisnis di usia 33 tahun, dia bersumpah untuk mengikuti Analek Konfusius dalam aktivitas bisnisnya.
Dalam karier Shibusawa, dia mendirikan lebih dari 500 perusahaan dalam berbagai bidang, termasuk keuangan, kertas, dan logistik.
Baca juga: Pertama Kali di Jepang, Pemimpin Gangster Yakuza Dijatuhi Hukuman Mati
Dia adalah pemimpin bisnis di Periode Meiji dan Taisho.
Pada usia 88 tahun, ia menulis buku The Analects and the Abacus, percaya bahwa ajaran-ajaran di dalam Analect dan mencari uang tidaklah bertentangan satu sama lain.
Dia menegaskan bahwa setelah melihat kesempatan untuk memperoleh keuntungan, jika seseorang berpikir untuk melakukannya dengan adil dan benar, maka mencari keuntungan akan menjadi sebuah tindakan yang baik.
Salah satu bagian dari Analects mengatakan, "Mengejar keuntungan akan menghasilkan kemarahan besar."
Seorang pria yang baik bertindak dengan adil dan lurus, sedangkan seorang penjahat bertindak untuk keuntungan pribadinya.
Shibusawa tidak pernah oportunistik. Dia mengetahui bahwa membeli obligasi kereta api pemerintah akan memberinya keuntungan besar tetapi dia tidak melakukannya.
Menurutnya mendapat keuntungan melalui spekulasi, akan membentuk sebuah kebiasaan buruk yang nantinya akan mengorbankan segala yang dia miliki, merusak reputasinya, dan yang terburuk, membawa tragedi bagi investor-investornya.