Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BAGHLAN -Mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Afghanistan, Masoud Andarabi mengatakan bahwa Taliban telah membunuh penyanyi musik folk Fawad Andarabi di provinsi Baghlan, di timur laut Afghanistan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (29/8/2021), ia menyebut Taliban mengeksekusi Fawad secara brutal.
Padahal selama ini, kata dia, Fawad dikenal sebagai penyanyi yang selalu memberikan keceriaan bagi warga Andarab, di tengah eksisnya kelompok militan Taliban yang terus meneror warga Afghanistan, termasuk wilayah itu.
"Kebrutalan Taliban berlanjut di Andarab, hari ini mereka secara brutal membunuh penyanyi folkloric, Fawad Andarabi yang hanya bernyanyi untuk membawa kegembiraan bagi lembah ini dan masyarakatnya.
Baca juga: Detik-detik AS Resmi Keluar dari Afghanistan, Taliban Bersiap Ambil Alih Bandara Kabul
Saat ia bernyanyi di sini 'lembah kita yang indah, tanah nenek moyang kita' tidak akan tunduk pada kebrutalan Taliban," cuit Masoud, dalam akun Twitter miliknya.
Perlu diketahui, sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu, Taliban mengklaim bahwa mereka hanya berusaha untuk membawa perdamaian ke negara itu serta mengganti pemodelan pemerintahannya di bawah visi konservatif yang didikte oleh pemahaman kelompok itu tentang hukum Syariah.
Organisasi inti dari kelompok ini mengklaim tidak mencari keuntungan tambahan teritorial, namun beberapa cabang afiliasinya tampaknya tertarik untuk menaklukkan daerah-daerah berpenduduk Pashtun di dekat Pakistan.
Baca juga: Erdogan Klaim Taliban Minta Turki Ambil Alih Bandara Kabul
Sementara itu, bertentangan dengan Taliban, al-Qaeda, sekutu lama sekaligus 'tamu' di Afghanistan, dan ISIS, sedang berupaya untuk mendirikan kekhalifahan berbasis Syariah di seluruh dunia.
Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan bahwa 'tidak ada bedanya' antara kelompok teroris al-Qaeda, ISIS dan Taliban, ketiganya dianggap sejajar.
Ia menegaskan, tidak ada perbedaan yang terlihat diantara tiga kelompok ekstremis itu.
Sebagai politisi sekaligus salah satu 'orang terakhir' di pemerintahan Afghanistan yang terus memerangi Taliban, Saleh membandingkan al-Qaeda, ISIS dan Taliban dengan dua minuman ringan populer dunia yakni 'Coke dan Pepsi', minuman berkarbonasi yang 'rasanya sama saja'.
Baca juga: Taliban Susun Pemerintahan Sementara di Afghanistan, Mencakup Pemimpin Semua Etnis dan Suku
"Secara ideologis, perbedaan antara ISIS, al-Qaida dan Taliban adalah perbedaan antara rasa Coke dan Pepsi. Jika anda menghilangkan labelnya, apa anda bisa menebak yang mana Coke dan yang mana Pepsi?," kata Saleh.
Saleh kemudian menekankan bahwa Taliban tidak dapat dipercaya, hal ini kemungkinan merujuk pada kesepakatan damai yang dilakukan kelompok itu dengan Amerika Serikat (AS) pada 2020.
Dalam kesepakatan tersebut, para gerilyawan ini setuju untuk mencegah al-Qaeda menginjakkan kaki di wilayah yang berada di bawah kendalinya.
Saleh menilai Taliban hanya meyakini bahwa 'literatur jihadis mereka akan menang'.