"Kami akan mengeluarkan Anda, kami akan menghormati layanan Anda, dan kami berkomitmen untuk melakukan hal itu," kata Psaki.
Baca juga: Taliban Sempat Tawari Militer AS Untuk Amankan Kabul, Tapi Ditolak
Baca juga: Biden: Kami Tidak akan Bisa Dihalangi oleh Teroris, Kami Tetap Melanjutkan Evakuasi
Terhambat Visa
Warga Afghanistan yang membantu pasukan AS selama perang 20 tahun di Afghanistan menghadapi pembalasan dari Taliban.
Mohammed dan warga Afghanistan yang bekerja untuk AS lainnya terhambat evakuasinya oleh proses visa imigran khusus yang memungkinkan mereka memasuki Amerika Serikat nantinya.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pekan lalu bahwa sistem visa imigran khusus memiliki kekurangan staf yang kronis, tidak memiliki pejabat coordinator, dan memiliki proses birokrasi 14 langkah akibat undang-undang peninggalan pemerintahan Donald Trump.
Price mengatakan administrasi Biden menambahkan sumber daya dan menerapkan perubahan yang cukup untuk mengurangi waktu pemrosesan rata-rata lebih dari satu tahun.
Ia mengatakan, jumlah visa yang dikeluarkan naik dari 100 pada Maret menjadi 813 per minggu baru-baru ini.
Baca juga: Sehari Setelah Ledakan Bom, Warga Masih Nekat Menuggu di Luar Bandara Kabul Minta Dievakuasi
Baca juga: Rudal AS Cegat Serangan Lima Roket ke Bandara Kabul, Sehari Setelah Ledakkan Mobil ISIS-K
WSJ mengatakan permohonan visa Mohammed tertunda setelah kontraktor pertahanan tempat dia bekerja kehilangan catatan yang diperlukan untuk aplikasinya.
Ia mencoba pergi ke gerbang bandara yang ditunjuk di Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul. Mereka bersedia membawa Mohammed masuk, namun tidak bagi keluarganya.
Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi Mohammed kini adalah menunggu.
"Saya tidak bisa meninggalkan rumah saya. Saya sangat takut," katanya Selasa (31/8/2021) kepada WSJ. (Tribunnews.com/USAToday/Hasanah Samhudi)