Adapun putranya, Ahmad Massoud (32), merupakan lulusan King's College London dan Akademi Militer Sandhurst.
Baca juga: Pejuang Panjshir Menjadi Batu Sandungan Pemerintahan Taliban, Ini Fakta-Faktanya
Baca juga: Afghanistan: Qatar dan Turki memberi jalan bagi Taliban untuk unjuk gigi di panggung dunia
Kini Ahmad Massoud bersama pasukan perlawanan di Lembah Panjshir bertekad meneruskan jejak ayahnya untuk mengalahkan Taliban.
Ahmad melakukan berbagai upaya, salah satunya meminta bantuan kepada pemerintah dalam negeri maupun luar negeri.
Awal tahun ini, Ahmad bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang diduga membicarakan rencana membentuk sekutu internasional ketika penarikan pasukan AS semakin dekat saat itu.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Massoud memperingatkan bahwa Taliban tidak berubah.
Dia dan pejuangnya percaya "bahwa demokrasi, hak, dan kebebasan semua warga negara tanpa memandang ras dan jenis kelamin harus dipertahankan."
Bagaimana kondisi Lembah Panjshir?
Menurut The Guardian, Panjshir adalah provinsi terakhir yang belum dikuasai oleh Taliban dan menyatakan perlawanan.
Secara historis, Lembah Panjshir yang ada di utara Kabul di Hindu Kush, adalah benteng perlawanan selama beberapa dekade.
Pertama untuk melawan Soviet pada 1980-an, kemudian melawan Taliban pada 1990-an.
Bahkan hingga kini wilayah ini masih dipenuhi tank-tank berkarat bekas pertempuran selama beberapa dekade itu.
Baca juga: Taliban akan Umumkan Pemerintahan di Bawah Rezim Baru usai Salat Jumat, Siapa Otoritas Tertingginya?
Baca juga: Diburu Taliban hingga Disiksa, Polisi Wanita Afghanistan Gulafroz: Saya Tak Bisa Berbuat Apa-apa
Berdasarkan wilayahnya, Panjshir adalah salah satu provinsi terkecil di Afghanistan dengan sekitar 150.000 dan 200.000 penduduk.
Orang-orang di sana tinggal di balik puncak gunung setinggi 3.000 m di atas Sungai Panjshir dengan kontur tanah yang curam.
Selama masa damai, banyak orang mengunjungi lembah ini karena tertarik dengan pemandangan dan keamanan yang ditawarkannya.