News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Intelijen Awasi Ancaman Al-Qaeda Terhadap AS Setelah Taliban Kuasai Afghanistan

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berkabung di Tugu Peringatan 9/11 pada peringatan 20 tahun serangan 11 September di Manhattan, New York pada 11 September 2021.

"Kami prihatin dengan apa yang akan terjadi di masa depan," kata Wray.

Menurutnya, FBI khawatir tentang peristiwa di Afghanistan yang berfungsi sebagai semacam katalis atau inspirasi untuk serangan teroris di tempat lain di kawasan itu.

Baca juga: Wakil Presiden Afghanistan Sebut Taliban, ISIS dan Al-Qaeda Tidak Ada Bedanya

Baca juga: Iran Bantah Klaim Orang Nomor 2 Al-Qaeda Tewas di Teheran

Di antara kekhawatiran FBI, kata Wray, adalah penunjukan pemimpin Taliban yang berafiliasi dengan Jaringan Haqqani ke posisi pemerintah.

Sirajuddin Haqqani, putra pendiri Jaringan Haqqani, ditunjuk sebagai menteri dalam negeri.

Khalil-ur-Rahman Haqqani, seorang pemimpin kelompok Haqqani, diangkat menjadi menteri pengungsi dalam pemerintahan sementara baru Taliban.

Sirajuddin Haqqani masuk dalam daftar "Buronan Paling Dicari" FBI sehubungan dengan pengeboman sebuah hotel di Kabul pada 2008.

AS telah menawarkan 10 juta dolar (lebih Rp 140 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.

Baca juga: Bangladesh Kecam Klaim Pompeo yang Sebut Negara di Kawasan Asia Selatan sebagai Basis Baru Al-Qaeda

Baca juga: Pemerintahan Trump Akui Taliban Belum Putuskan Hubungan dengan Al-Qaeda

Presiden AS Joe Biden dan pejabat tinggi pemerintahannya berusaha membenarkan penarikan pasukan AS.

Mereka berusaha meyakinkan Kongres bahwa militer AS dan agen mata-mata akan dapat mendeteksi ancaman yang muncul kembali dari Afghanistan dan meresponsnya.

Tetapi keraguan baru muncul di antara anggota parlemen tentang kemampuan Pentagon menyusul serangan pesawat tak berawak yang gagal terhadap seorang tersangka operasi ISKP di Kabul yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan pada 29 Agustus.

Pejabat Pentagon mengakui pada 17 September bahwa serangan itu adalah kesalahan yang mengerikan.

Menurut Costs of War Project di Brown University, lebih dari 700 warga sipil Afghanistan telah tewas dalam serangan udara AS pada 2019 setelah militer AS melonggarkan kriteria pengizinan serangan udara.

Baca juga: Mike Pompeo Mengklaim Tanpa Bukti bahwa Iran Adalah Basis Baru Al-Qaeda

Baca juga: Al Qaeda Ancam Presiden Perancis Emmanuel Macron

Ditambahkan, diperkirakan 47.000 warga sipil Afghanistan tewas dalam perang 20 tahun AS di Afghanistan yang dimulai setelah serangan 11 September. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini