News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Staf WHO Lakukan Pelecehan Seksual saat Tangani Wabah Ebola di Kongo

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemberian vaksin untuk mengatasi wabah Ebola di Kongo - Investigasi independen yang dilakukan oleh WHO menemukan lebih dari 80 kasus dugaan pelecehan seksual.

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan pelecehan seksual saat bertugas menangani wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo.

Investigasi independen yang dilakukan oleh WHO menemukan lebih dari 80 kasus dugaan pelecehan seksual.

Pelecehan terjadi antara tahun 2018 hingga 2020.

Kasus pelecehan itu termasuk sembilan tuduhan pemerkosaan.

Laporan itu muncul setelah lebih dari 50 wanita lokal melaporkan adanya kasus pelecehan seksual.

Dikutip dari BBC, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan hal itu adalah perbuatan yang tidak bisa dimaafkan.

Baca juga: Penyanyi R&B, R Kelly Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Pelecehan Seksual dan Pemerasan

Baca juga: Korban Pelecehan Seksual di KPI Jalani Tes Psikis Keempat di RS Polri

Komisi independen membuat laporan setebal 35 halaman setelah penyelidikan.

Komisi tersebut mewawancarai banyak perempuan yang diduga ditawari pekerjaan sebagai imbalan telah melakukan kegiatan seks.

Sebanyak 21 dari 83 tersangka adalah staf WHO.

Perempuan setempat diduga dicekoki minuman, disekap di rumah sakit, dipaksa berhubungan seks, hingga menyebabkan dua wanita hamil.

WHO mengatakan akan mengakhiri kontrak empat orang yang masih dipekerjakan dan berjanji akan mengambil tindakan lebih tegas.

Pada konferensi pers Selasa (28/9/2021), Dr Tedros mengatakan permintaan maafnya kepada para korban.

"Saya minta maaf atas perlakukan yang Anda terima dari pekerja WHO, yang seharusnya melayani dan melindungi Anda," katanya.

"Ini adalah prioritas utama saya bahwa para pelaku tidak bisa dimaafkan, tetapi harus dimintai pertanggungjawaban," tambahnya.

Baca juga: Fakta Temuan Gunung Emas di Kongo, Warga Ramai-ramai Menambang hingga Reaksi Pemerintah

Baca juga: WHO Sebut Kekurangan Vaksin Covid-19 di Afrika Dapat Membawa Dunia Kembali ke Titik Awal

Dr Tedros mengatakan, pada akhirnya tanggung jawab ada padanya.

Dia berjanji untuk mendukung dan melindungi para korban, sambil bersumpah akan merombak struktur dan kinerja WHO.

Direktur regional WHO Afrika, Matshidiso Moeti, juga meminta maaf kepada mereka yang menderita karena tindakan staf WHO.

Dia mengatakan sangat kecewa dengan kasus yang terungkap.

Komisi itu mengatakan menemukan kegagalan struktural dan ketidaksiapan mengelola risiko insiden eksploitasi dan pelecehan seksual di negara Afrika tengah itu.

Dikatakan olehnya, hal ini dipengaruhi karena negara sedang fokus pada pemberantasan Ebola.

Lebih dari 2.000 orang tewas dalam wabah Ebola di DR Kongo.

(Tribunnews.com/Yurika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini