News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Yasuhide Nakamura, Dokter Jepang yang Membidani Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr. Yasuhide Nakamura, dokter anak Jepang yang sempat tinggal 2 tahun di Medan Indonesia sejak 1988, lalu puluhan kali bolak balik ke Indonesia sampai dengan akhir 2019, memperkenalkan dan membidani buku kesehatan ibu dan anak (KIA) di Indonesia.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO -  Dr. Yasuhide Nakamura adalah dokter di belakang layar yang membidani munculnya Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang saat ini menyebar luas dan jutaan buku telah miliki para ibu di Indonesia.

"Awalnya saya ke Medan dan menginap di sana 2 tahun dalam proyek yang dibuat JICA. Saya bersama isteri dan anak ke Indonesia," papar Nakamura khusus kepada Tribunnews.com kemarin (5/10/2021).

Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Tokyo pada tahun 1977 dan lebih dari 20 tahun mengerjakan Buku Pegangan Ibu dan Anak yang berasal dari Jepang (muncul tahun 1948), memiliki kesan persahabatan dengan Marpaung di Medan.

"Dia banyak membantu saya di Medan dan mulai membuat buku KIA tersebut polanya disesuaikan situasi kondisi Sumatera Utara)," paparnya.

Lalu Buku KIA diakuinya baru berkembang setelah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, juga masih proyek JICA khususnya berkenalan dengan Andrian yang dianggap sangat banyak membantunya pula serta sempat latihan dan belajar ke Jepang mengenai Buku KIA Jepang.

"Dari Jepanglah dia mulai mengembangkan Buku KIA dan ternyata sekarang sengat menyebar luas sekali di Indonesia. Terbesar dari jenis buku KIA yang paling banyak disebarkan di dunia adalah di Indonesia. Ada 55 negara yang memiliki buku KIA tetapi Indonesia yang terbesar atau terbanyak penyebarannya."

Lalu apa perbedaan buku KIA Indonesia dengan Jepang?

"Basicnya pada awal adalah buku KIA dari Jepang. Namun buku yang di Jepang jauh banyak penjelasan tertulisnya. Sedangkan Buku KIA Indonesia banyak sekali gambar ilustrasinya. Itu terbaik menurut saya karena jadi mudah dimengerti semua orang," puji Nakamura atas buku KIA Indonesia.

Buku KIA Indonesia bahkan kini bisa di unduh PDF file lewat: https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU KIA REVISI 2020 LENGKAP.pdf

Jumlahnya 50-an halaman. sama seperti buku KIA Jepang. Namun buku KIA di Timor Timur smapai 100 halaman banyaknya. Mungkin terbanyak jumlah halamannya di antara buku KIA yang ada di  55 negara.

"Saya sangat mencintai Indonesia. Ingin rasanya kembali ke Indonesia lagi. Tapi sayangnya ada pandemi corona sejak tahun lalu sehingga membatasi kita semua ya," paparnya lagi.

Anaknya dua orang yang berada di Indonesia saat masih kecil tampaknya masih ingat akan Indonesia.

"Kadang anak saya kalau ditanya Indonesia selalu bercerita mendapat banyak kacang diberikan orang Indonesia saat di Medan dulu. Kesan mereka yang tak terlupakan hingga kini," paparnya lagi.

Dokter Nakamura berharap persahabatannya dengan Indoensia tidak sampai di sini saja tetapi bisa berlanjut kepada generasi muda lainnya agar lebih banyak lagi melakukan komunikasi pertukaran budaya antara kedua bangsa di masa mendatang.

Penggunaan Buku KIA juga sangat direkomendasikan dan bahkan ada idenya pula untuk mendijitalisasikan, promosi lebih lanjut mengenai penggunaan Buku KIA   dengan menggunakan YouTube.

Jaman dulu buku KIA sangat berguna sekali khususnya bagi kalangan miskin yang tak dapat ke rumah sakit karena tak ada uang. Dengan catatan sejarah kesehatan yang tertulis di dalam buku KIA, orang tersebut dapat mengobati dan menjaga kesehatannya sendiri. Kecuali memang kalau penyakitnya sudah parah sekali barulah ke rumah sakit.

Selain itu Dokter Nakamura juga menyayangkan banyak kalangan medis Jepang yang belum mengerti mengenai budaya dan agama Islam.

"Bayangkan saat ramadhan berpuasa, perawat di Jepang tetap menyarankan untuk makan tiga kali sekali demi kesehatan. Padahal orang itu sedang ber puasa. Jadi mestinya kalangan medis Jepang kalau bisa juga belajar mengenai budaya dan agama Islam sebagai penambah wawasan pengetahuannya karena mulai sekarang mungkan akan semakin banyak kalangan Islam memasuki Jepang."

Oleh karena itu, tambahnya, kalangan medis Jepang mungkin juga perlu mempelajari bidang medis khususnya Islam Care, supaya bisa melayani juga orang yang beragama Islam nantinya di Jepang dengan lebih baik lagi.

Belajar budaya masing-masing terutama belajar budaya Jepang juga memang sangat baik, apalagi kalau dapat beasiswa. Silakan email; info@sekolah.biz bagi yang tertarik untuk mendapatkan beasiswa ke Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini