TRIBUNNEWS.COM - Kabinet Ethiopia mengumumkan keadaan darurat nasional yang berlaku segera, Selasa (2/11/2021).
Pihak berwenang di Addis Ababa mengatakan kepada warga untuk bersiap mempertahankan ibu kota, ketika pejuang dari wilayah utara Tigray mengancam akan memasuki kota.
"Keadaan darurat bertujuan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman yang dilakukan oleh kelompok teroris TPLF di beberapa bagian negara," lapor Fana Broadcasting yang berafiliasi dengan negara.
Mereka merujuk pada Front Pembebasan Rakyat Tigray, yang telah memerangi pemerintah federal setahun terakhir.
Disebutkan, keadaan darurat enam bulan memungkinkan, antara lain, pembuatan penghalang jalan, layanan transportasi terganggu, jam malam diberlakukan dan militer mengambil alih di daerah-daerah tertentu.
Baca juga: Tigrayan Rebut Kota Strategis, Militer Ethiopia Mobilisasi Perlawanan
Baca juga: Setelah 7 Staf PBB Diusir, Sekjen PBB Menuntut Bukti dari Ethiopia
Siapa pun yang dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok “teroris” juga dapat ditahan tanpa surat perintah pengadilan.
Setiap warga negara yang telah mencapai usia wajib militer dapat dipanggil untuk berperang.
Menteri Kehakiman Gedion Timothewos mengatakan, negara menghadapi bahaya besar terhadap eksistensi, kedaulatan, dan persatuannya.
“Dan kita tidak dapat menghilangkan bahaya ini melalui sistem dan prosedur penegakan hukum yang biasa," kata Timothewos dalam konferensi pers pemerintah, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Dia mengatakan siapa pun yang melanggar keadaan darurat akan menghadapi hukuman penjara 3-10 tahun, untuk pelanggaran seperti memberikan dukungan finansial, material atau moral kepada kelompok teroris.
Baca juga: Bentrok Etnis Meledak, Ethiopia Umumkan Status Darurat di Negara Bagian Amhara
Baca juga: Militer Sudan Gagalkan Upaya Serangan Ethiopia di Kawasan Perbatasan
Langkah itu dilakukan setelah para pejuang Tigrayan mengatakan mereka telah merebut kota-kota strategis Dessie dan Kombolcha di wilayah tetangga Amhara dalam beberapa hari terakhir.
Mereka juga mengindikasikan mungkin bergerak lebih jauh ke selatan, di Addis Ababa.
Pemerintah mengatakan tentara masih mempertahankan dua kota utama, sekitar 400 km (250 mil) dari ibu kota.
Komunikasi terpurus dan akses wartawan dibatasi di sebagian besar Ethiopia utara berada sehingga menyulitkan untuk memverifikasi setiap klaim dari medan tempur.