Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un baru-baru ini mengakui krisis pangan yang terjadi dan meminta maaf kepada masyarakat.
Belakangan ini, Kim juga memerintahkan agar semua pria sehat menanam biji-bijian yang masih tersedia.
Menurut laporan agen mata-mata Korea Selatan pada pekan lalu, Kim mengaku kekurangan pangan di negaranya membuatnya merasa "berjalan di sungai yang sedikit beku".
Pada Juli tahun lalu, tentara Korea Utara dan keluarga mereka diperintahkan untuk memelihara kelinci, lapor DailyNK.
Ekonomi Korea Utara runtuh akibat penutupan perbatasan dengan China sejak pandemi Covid-19 melanda.
Sanksi PBB atas program nuklir dan rudal balistiknya juga menambah kesengsaraan di negara komunis ini.
Kim Jong Un Perintahkan Warga Mengurangi Makan
Korea Utara mengimbau penduduknya untuk mengurangi makan setidaknya sampai tahun 2025, menurut laporan.
Diwartakan Fox News dari laporan Radio Free Asia (RFA), kekurangan makanan di negara komunis ini terjadi karena penutupan perbatasan dengan China selama pandemi Covid-19.
Korea Utara sudah satu tahun ini menutup perbatasannya dari China terhitung sejak 2020 lalu.
Sayangnya, kebijakan untuk menahan penularan Covid-19 tersebut justru melemahkan ekonomi Korea Utara.
Baca juga: Keseriusan Pemerintah Korea Mengembangkan Wisata Ramah Muslim
Baca juga: Ancaman Varian Baru Covid-19 AY.4.2, Pemerintah Waspadai Pelaku Perjalanan dari Jepang dan Korea
Menurut laporan, harga pangan melambung tinggi hingga terjadi kematian akibat kelaparan.
"Situasi pangan saat ini sudah jelas darurat, dan orang-orang berjuang dengan kekurangan."
"Ketika pihak berwenang memberi tahu bahwa masyarakat perlu menghemat dan mengonsumsi lebih sedikit makanan hingga tahun 2025, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain merasa sangat putus asa," kata seorang penduduk kota perbatasan Sinuiju kepada Layanan RFA Korea pada 21 Oktober.
Lebih lanjut, sumber anonim ini mengatakan kepada RFA, pengumuman untuk 'mengencangkan ikat pinggang' alias mengurangi makan menimbulkan ketidakpercayaan dan kebencian kepada rezim.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)