Selain itu, kendaraan SUV yang terparkir di garasi juga terkena dampak.
Sisa-sisa pesawat tak berawak kecil berisi bahan peledak telah dikumpulkan pasukan keamanan untuk diperiksa, jelas pejabat terkait.
Drone atau pesawat tak berawak komersial yang dilengkapi bahan peledak biasa digunakan kelompok militan Islamic State (IS) ketika berkuasa di utara Irak.
Senjata ini, terutama kerap digunakan IS selama pertempuran Mosul pada 2017.
Serangan ini terjadi dua hari setelah protes mematikan di ibukota Irak atas hasil pemilihan umum yang diadakan pada 10 Oktober.
Kelompok-kelompok yang memimpin protes adalah milisi bersenjata lengkap yang didukung Iran yang kehilangan banyak kekuasaan parlementer mereka dalam pemilihan.
Mereka menuduh ada kecurangan dalam pemungutan suara dan penghitungan suara.
Baca juga: 3 Orang Terluka dalam Serangan Penikaman di Kereta Berkecepatan Tinggi di Jerman
Baca juga: Menko Airlangga Sebut RI dan UEA Sepakati Kerja Sama Hindari Pajak Berganda Hingga Kesehatan
Polisi menyemprotkan gas air mata dan melepaskan tembakan kepada massa berujung tewasnya satu demonstran.
Beberapa pemimpin faksi milisi yang paling kuat secara terbuka menyalahkan al-Kadhimi atas bentrokan pada Jumat dan kematian pengunjuk rasa.
Diketahui Mustafa Al-Kadhimi merupakan diplomat asal Irak yang menjabat sebagai Perdana Menteri Irak sejak Mei 2020.
Dia juga merupakan jurnalis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan penelitian.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)