Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, GEORGIA - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu mencatat 385.343 kematian terkait virus corona (Covid-19) di negara itu.
Sementara peluncuran program vaksinasi telah mendorong beberapa negara bagian kembali ke era new normal.
Para ahli meyakini bahwa mundurnya langkah-langkah mitigasi secara prematur kemungkinan berdampak fatal pada mereka yang tidak divaksinasi dan memiliki gangguan kekebalan (immunocompromised).
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (25/11/2021), menurut data yang dimiliki CDC, dengan lebih dari satu bulan tersisa pada 2021, AS telah mencatat lebih banyak kematian akibat Covid-19 dalam 11 bulan terakhir, dibandingkan yang tercatat sepanjang 2020.
Baca juga: Bule Amerika Serikat Nikahi Gadis Aceh, Mahar Emas Murni 15 Mayam dan Uang Tunai Rp 40 juta
Pada publikasi artikel ini, 388.436 kematian terkait Covid-19 telah dicatat terjadi di AS tahun ini.
Selain itu, lebih dari 196,1 juta orang atau sekitar 59,1 persen dari total populasi AS telah sepenuhnya divaksinasi.
Peluncuran vaksin AS awalnya dimulai pada pertengahan Desember 2020.
Beberapa ahli telah menyatakan bahwa AS perlu melakukan vaksinasi terhadap setidaknya 70 persen dari populasinya untuk menghentikan penyebaran virus.
Banyak yang merekomendasikan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi untuk mencapai 'endemik'.
Seorang Ahli Epidemiologi dan Sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Jennifer Nuzzo mengatakan banyak warga di sejumlah negara bagian yang tetap tidak divaksinasi, namun berperilaku seolah mereka telah keluar dari pandemi, meskipun itu jauh dari kebenaran.
Para ahli memperingatkan, perilaku ini memungkinkan penyakit yang sangat menular itu menyebar dan bermutasi.
"Jika anda tidak mengambil perlindungan apapun, virus akan mampu bergerak lebih cepat dan anda memiliki celah dalam kekebalan.
Ini akan menambah banyak penyakit serius dan kematian yang berkelanjutan," kata Nuzzo.