Setelah orang tua Ethan tiba di sekolah, konselor mengajukan pertanyaan untuk menyelidiki perilaku siswa itu.
Jawaban yang diberikan membuat konselor kembali menyimpulkan bahwa Ethan tidak berniat melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain.
"Konselor sekolah memberi tahu orang tua bahwa mereka harus mencari konseling untuk putra mereka dalam waktu 48 jam, jika tidak, sekolah akan menghubungi Layanan Perlindungan Anak," tulis Throne.
Ketika diminta untuk membawa pulang anak mereka selama sisa hari itu, Throne mengatakan orang tua siswa "dengan tegas menolak,".
Mereka lantas meninggalkan putra mereka untuk "kembali bekerja."
Mengingat siswa tersebut tidak memiliki tindakan disipliner dalam catatannya, konselor sekolah memutuskan untuk mengizinkannya kembali ke kelasnya, daripada mengirimnya ke tempat yang mereka pikir akan menjadi rumah kosong, Throne menjelaskan.
"Sementara kami memahami keputusan ini telah menyebabkan kemarahan, kebingungan dan pertanyaan yang dapat dimengerti, para konselor membuat penilaian berdasarkan pelatihan profesional dan pengalaman klinis mereka dan tidak memiliki semua fakta yang kita ketahui sekarang," katanya.
Baca juga: Penembakan di Oxford: 3 Tewas dan 6 Terluka, Tersangka Seorang Siswa Berusia 15 Tahun
Insiden penembakan
Jaksa Oakland County, Karen McDonald, yang memimpin kasus tersebut, mengatakan Ethan diduga menyimpan senjata yang ia gunakan dalam ranselnya.
Dalam suratnya, Throne mengatakan tidak tahu apakah pistol itu ada di ransel siswa atau tidak karena "belum dikonfirmasi".
Ethan mulai menembakkan pistol saat ratusan siswa berada di lorong sekolah yang mengubungkan kelas satu dengan yang lain," ungkap Throne.
Sebelum Ethan dapat mencapai lorong utama, para siswa dan staf yang telah menyelamatkan diri ke ruang kelas mengunci pintu dan mendirikan barikade darurat.
"Tersangka tidak bisa mendapat akses ke ruang kelas itu," jelas Throne.
Berdasarkan rekaman video penembakan, terlihat bahwa staf dan siswa merespin secara efisien kejadian tersebut.