Dalam lembar fakta tentang Paxlovid, FDA telah menerbitkan daftar rinci obat-obatan yang dapat berinteraksi secara berbahaya dengan ritonavir, termasuk yang tidak boleh dipasangkan dengan antivirus Covid tersebut.
Namun, apoteker menekankan bahwa sebagian besar interaksi obat dapat ditangani dan hal itu tidak boleh menghalangi kebanyakan orang untuk menggunakan Paxlovid.
"Apoteker adalah ahli yang sangat terlatih dalam keamanan dan pemantauan pengobatan dan merupakan sumber informasi dan saran yang sangat baik tentang interaksi antara obat dan juga suplemen dan produk herbal," kata Emily Zadvorny, apoteker klinis yang merupakan direktur eksekutif dari Colorado Pharmacists Society.
"Mereka akan membantu menentukan apakah ada interaksi yang signifikan dan kemudian merancang solusi untuk mengurangi interaksi jika memungkinkan."
Perlombaan Obat-obat Covid-19
Mengutip Pharmaceutical Technology, Molnupiravir dari Merck, pil pertama yang disetujui untuk Covid-19, telah disebut-sebut sebagai terobosan potensial.
Penelitian menemukan obat itu dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian sekitar 50%.
Tetapi itu tidak berarti obat dari Pfizer tidak akan memiliki keunggulan di pasar.
Analisis sementara kemanjuran molnupiravir memang menjanjikan.
Tetapi pengurangan risiko dramatis yang dilaporkan oleh Pfizer menunjukkan bahwa pilnya juga dapat menjadi senjata melawan pandemi.
Selain berpotensi lebih efektif, Paxlovid mungkin menghadapi lebih sedikit pertanyaan keamanan dibandingkan obat saingannya.
Beberapa ahli telah menyatakan keprihatinan bahwa mekanisme aksi molnupiravir untuk melawan Covid-19, yang meniru molekul RNA untuk menginduksi mutasi virus, juga dapat memperkenalkan mutasi berbahaya dalam DNA manusia.
Sedangkan Paxlovid, jenis antivirus berbeda yang dikenal sebagai protease inhibitor, tidak menunjukkan tanda-tanda "interaksi DNA mutagenik" seperti itu, kata Pfizer.
Baik pil Pfizer maupun Merck paling bermanfaat bila diberikan dalam rentang waktu lima hari sejak timbulnya gejala.