News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peraih Nobel Perdamaian Uskup Agung Desmond Tutu Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pelayat membawa bunga ke Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu telah didirikan setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. Anti-apartheid Afrika Selatan ikon Desmond Tutu, yang digambarkan sebagai kompas moral negara, meninggal pada 26 Desember 2021, dalam usia 90 tahun, kata Presiden Cyril Ramaphosa.

"Ia adalah manusia yang luar biasa. Seorang pemikir. Seorang pemimpin. Seorang gembala."

Mantan presiden AS Barack Obama menggambarkannya sebagai seorang mentor dan "kompas moral".

Seorang pelayat membawa bunga ke Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu telah didirikan setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. Anti-apartheid Afrika Selatan ikon Desmond Tutu, yang digambarkan sebagai kompas moral negara, meninggal pada 26 Desember 2021, dalam usia 90 tahun, kata Presiden Cyril Ramaphosa.

Dikenal sebagai The Arch

Dikenal sayang sebagai The Arch, Tutu langsung dikenali, dengan jubah pendeta ungu, sikap ceria dan senyum hampir konstan.

Ia tidak takut untuk menunjukkan emosinya di depan umum, termasuk tertawa dan menari pada upacara pembukaan Piala Dunia sepak bola di Afrika Selatan pada tahun 2010.

Ia sangat kritis terhadap pemerintah Kongres Nasional Afrika (ANC) di era pasca-apartheid.

Ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1960, Tutu kemudian melayani sebagai uskup Lesotho dari tahun 1976-78, asisten uskup Johannesburg dan rektor sebuah paroki di Soweto.

Ia menjadi Uskup Johannesburg pada tahun 1985, dan diangkat sebagai Uskup Agung kulit hitam pertama di Cape Town pada tahun berikutnya.

Desmond Tutu menggunakan perannya yang terkenal untuk berbicara menentang penindasan orang kulit hitam di negara asalnya, selalu mengatakan motifnya adalah agama dan bukan politik.

Ia juga dipuji karena menciptakan istilah Bangsa Pelangi untuk menggambarkan campuran etnis Afrika Selatan pasca-apartheid, tetapi di tahun-tahun terakhirnya ia menyatakan penyesalan bahwa negara itu tidak bersatu seperti yang ia impikan.

Berita lain terkait Desmond Tutu

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini