TRIBUNNEWS.COM - Kasus Covid-19 di Australia menyentuh rekor pada Selasa (4/1/2022).
Varian Omicron telah menyebar ke sebagian besar negara bagian.
Tingkat rawat inap melonjak ketika sistem pengujian kelebihan beban.
Selama satu setengah tahun belakangan, Australia menerapkan pengujian konstan, pelacakan kontak, dan penguncian untuk menekan sebagian besar wabah.
Baca juga: Rerie: Segera Terapkan Strategi Pencegahan yang Masif untuk Hadang Meluasnya Varian Omicron
Baca juga: Wagub DKI Ahmad Riza Patria Sebut Kasus Omicron Meningkat, Total Ada 162 Orang di Jakarta
Data terbaru tercatat ada 47.799 infeksi baru, angka ini naik hampir sepertiga dari jumlah infeksi Senin (3/1/2022).
Melansir Reuters, di negara bagian Victoria, pihak berwenang mengatakan satu dari empat orang yang datang untuk menjalani tes swab menujukkan hasil positif.
"Hampir semua orang di unit perawatan intensif negara bagian itu tidak divaksinasi," kata pejabat berwenang.
Victoria memiliki 14.020 kasus baru, hampir dua kali lipat jumlah hari sebelumnya.
Baca juga: Menkes Prancis: Januari Jadi Bulan yang Sulit untuk Rumah Sakit karena Dampak Omicron
Baca juga: Cegah Omicron, Binda Babel Galakkan Vaksinasi Covid-19 di Awal Tahun
Sebulan yang lalu, Queensland melaporkan satu hari dengan enam kasus baru, pada hari Selasa tercatat 5.699.
Perdana Menteri Scott Morrison telah menghapus subsidi alat tes mandiri.
Setelah hampir dua tahun berkampanye untuk memperluas pengujian, pihak berwenang ingin orang tanpa gejala tidak dirawat di fasilitas kesehatan yang didanai pemerintah dan mengambil tes antigen sendiri.
Namun, hal ini membawa Australia pada titik tekanan baru.
Tingkat penjualan alat rapid test di rumah meledak, akibatnya mulai muncul laporan penimbunan, dan kenaikan harga.
Baca juga: Antisipasi Pemerintah Cegah Lonjakan Kasus Omicron di Indonesia serta Target Vaksinasi Tahun 2022
Tingkat vaksinasi