TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Pakar penyakit menular Dale Fisher mengatakan varian Omicron yang sangat menular dapat sepenuhnya mendominasi varian Covid-19 di Singapura dalam dua bulan.
Menurutnya, Omicron akan menggantikan posisi varian Delta saat ini.
Selasa (4/1/2022) kemarin, katanya, tercatat 438 kasus Omicron dengan tingkat pertumbuhan infeksi mingguan naik di atas satu, untuk pertama kalinya sejak 12 November.
Meski penularan tinggi, kata Fisher, yang harus diperhatikan adalah kasus serius.
Jika terlalu banyak orang yang menderita penyakit parah, katanya, permintaan akan tempat tidur rumah sakit dan unit perawatan intensif akan meningkat, dan sistem perawatan kesehatan akan berisiko kewalahan.
Baca juga: Singapura Pernah Sebut akan Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Begini Kondisinya Kini
Baca juga: Kasus Covid-19 Terkendali, Singapura Tiadakan WFH Per 1 Januari 2022
"Jika prediksinya benar, kita dapat memperkirakan jumlah yang tinggi dengan penyakit ringan, tetapi kita belum dapat memastikannya," kata Profesor Fisher, konsultan senior di divisi penyakit menular National University Hospital.
"Singapura perlu mempertahankan tindakan yang menyeimbangkan dalam menjaga negara tetap aman sementara tidak menghambat perjalanan, kegiatan sosial, dan kegiatan ekonomi yang tidak perlu,” katanya.
“Ini adalah tantangan terus-menerus ketika ada hal-hal yang tidak diketahui muncul secara teratur," ujarnya.
Tingkat pertumbuhan infeksi mingguan mengacu pada rasio kasus komunitas selama seminggu terakhir disbanding seminggu sebelumnya.
Laju pertumbuhan infeksi mingguan yang lebih dari satu menunjukkan jumlah kasus baru Covid-19 semakin meningkat.
Baca juga: Cara Singapura Hadapi Covid-19 Varian Omicron: Pasien Boleh Jalani Perawatan di Rumah
Baca juga: WHO: Merebaknya Omicron Dapat Sebabkan Varian yang Lebih Berbahaya
Pada hari Senin (3/1/2022), Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan bahwa kasus Omicron sekarang mencapai 17 persen dari semua infeksi di Singapura.
Ia mengingatkan bahwa gelombang Omicron "sudah dekat".
Singapura mendeteksi kasus lokal pertama Omicronnya hampir sebulan yang lalu, ketika seorang anggota staf di Bandara Changi dinyatakan positif mengidap varian tersebut.
Pada 21 Desember, ia melaporkan cluster pertamanya, yang berkaitan dengan gym di Bukit Timah.
Associate Professor Hsu Li Yang, ahli penyakit menular di Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore, mengatakan tingkat penularan ini tidak mengejutkan.
Baca juga: India Laporkan Kematian Pertama Terkait Varian Omicron
Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, Thailand Hentikan Program Bebas Karantina Bagi Turis Asing
Ini mengingat betapa cepatnya Omicron telah menggantikan varian lain di seluruh dunia.
Dia menambahkan bahwa Singapura kemungkinan akan melaporkan peningkatan tajam dalam kasus selama beberapa minggu ke depan.
Ini bisa terjadi meski tingkat rawat inap dan kematian terkait Omicron yang relatif rendah di negara-negara dengan profil demografis yang serupa cukup meyakinkan.
Studi awal menunjukkan varian baru Omicron lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang daripada jenis lainnya.
Hal ini juga diyakini lebih menular, meskipun dikaitkan dengan penyakit yang lebih ringan.
Baca juga: Strain Baru Covid-19 dengan 46 Mutasi Ditemukan di Prancis, Kerabat Jauh Omicron
"Kekhawatiran terbesar bagi Singapura adalah bahwa varian Omicron akan menimbulkan infeksi lain, bahkan untuk orang yang sebelumnya terinfeksi Delta," kata Profesor Teo Yik Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock.
Meskipun sebagian besar infeksi Omicron cenderung ringan, katanya, beberapa dari mereka yang terinfeksi masih memerlukan perawatan di rumah sakit.
Tapi menurutnya, pembatasan Covid-19 Singapura, termasuk kewajiban memakai masker dan aturan tentang pertemuan sosial, akan memperlambat penyebaran Omicron di negara ini.
Hingga Selasa (4/1/2022) siang, Singapura melaporkan 842 kasus baru.
Dari jumlah tersebut, 438 di antaranya adalah varian Omicron, dengan 91 kasus lokal dan sisanya impor. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)