Sepulveda telah didiagnosis dengan penyakit Lou Gehrig pada tahun 2018.
Ia harusnya di-eutanasia pada 10 Oktober tahun lalu, tetapi prosedurnya dihentikan mendadak.
Pejabat kesehatan menangguhkan prosedur itu dengan alasan kesehatannya membaik.
Meskipun ALS secara progresif dapat melumpuhkan tubuh hingga penderitanya meninggal, prosesnya bisa memakan waktu bertahun-tahun dan Sepúlveda tidak dianggap menderita sakit parah.
Diberitakan Tribunnews.com Oktober 2021 lalu, beberapa hari sebelum tanggal euthanasia yang ditetapkan, Sepulveda diwawancarai televisi lokal Noticias Caracol.
Ia bercerita bagaimana hari-harinya merasa lebih tenang dan damai menjelang euthanasia.
"Dalam keadaan saya ini, hal terbaik yang bisa terjadi pada saya adalah beristirahat," katanya.
Kolombia adalah negara pertama di Amerika Latin yang mendekriminalisasi euthanasia sejak tahun 1997.
Kolombia juga merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang prosedur euthanasia-nya dianggap legal.
Namun, hingga tahun ini, euthanasia hanya diperbolehkan pada pasien dengan penyakit terminal, yaitu pasien dengan harapan hidup 5-6 bulan.
Pada 22 Juli 2021, Mahkamah Konstitusi Kolombia memperluas hak, mengizinkan prosedur euthanasia asalkan pasien menderita penderitaan fisik atau mental yang intens akibat cedera tubuh atau penyakit serius dan tidak dapat disembuhkan, menurut badan EFE.
Setelah mendengar keputusan itu, empat hari kemudian, Sepulveda mengajukan izin euthanasia.
Permintaannya dikabulkan pada 6 Agustus 2021.
"Saya lebih tenang sejak prosedur itu disahkan. Saya lebih banyak tertawa, saya tidur lebih tenang," katanya.