Di sebuah video, nampak korban berusaha melarikan diri dari penyerangan itu.
"Saya menyadari mereka menyentuh saya dan kami ingin melarikan diri, tetapi jumlah mereka terlalu banyak," kata salah satu wanita Jerman kepada kantor berita Italia, Ansa.
Seorang wanita muda menderita luka goresan ketika jumpernya robek dan celananya ditarik ke bawah.
Selebihnya, para korban mengaku diserang di jalan dekat alun-alun.
Insiden ini memicu perdebatan politik, di mana partai sayap kanan menyerukan agar anggota dewan kota untuk keamanan, Marco Granelli, diberhentikan.
Buntutnya, kasus ini dibanding-bandingkan dengan insiden Cologne di Jerman.
Lebih dari 1.000 pria muda kebanyakan berasal dari Afrika utara, melancarkan serangan seksual, pemerkosaan, dan perampokan di dekat katedral.
Baca juga: Puluhan Balita Mengalami 91 Kali Pelecehan di Pusat Perlindungan Anak, Diungkap Kepolisian Hong Kong
Baca juga: Mengenal Kebiri Kimia, Hukuman bagi Pelaku Kekerasan Seksual pada Anak
Polisi Cologne dituduh gagal menanggapi serangan tersebut.
Insiden ini juga memicu tuduhan bahwa media nasional sengaja menutup-nutupi peristiwa Malam Tahun Baru atau sengaja tidak melaporkannya, karena takut mendorong sentimen anti-imigran atau anti-pengungsi.
Ini lantaran media cenderung lambat melaporkan kejadian pelecehan tersebut.
Lebih dari 1.200 wanita diserang, 24 di antaranya mengaku diperkosa.
Serangan itu dikutuk oleh kanselir saat itu, Angela Merkel, sebagai "keji".
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)