AS juga mendesak PBB untuk mengambil tindakan lebih tegas terhadap Korea Utara atas uji coba senjata putaran terakhir.
Baca juga: Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik, Mendarat dekat Zona Ekonomo Eksklusif Jepang
Baca juga: Korea Utara Akui Telah Luncurkan Rudal Hipersonik
Beberapa ahli mengatakan Kim kembali ke teknik lamanya, dengan menggunakan peluncuran senjata dan ancaman untuk mengekstrak konsesi dari AS.
Peluncuran terbaru berlangsung ketika Korea Utara tampaknya bersiap membuka sejumlah perdagangan lintas perbatasan daratnya dengan China.
Korut saat ini lebih terisolasi dari sebelumnya di bawah lockdown sendiri untuk mencegah pandemi Covid-19.
Sejumlah pialang China mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka mengharapkan dimulainya kembali perdagangan reguler dengan Korea Utara segera setelah Senin (17/1/2022).
Ini dilakukan setelah kereta Korea Utara masuk ke kota perbatasan China pada hari Minggu (16/1/2022) dalam penyeberangan pertama sejak lockdown anti-coronavirus dimulai pada 2020.
Baca juga: PM Fumio Kishida Menyesal Korban Penculikan Korut tidak Kembali ke Jepang Sejak 2002
“Waktu ini menunjukkan Beijing lebih dari sekadar terlibat dengan provokasi Pyongyang; China mendukung Korea Utara secara ekonomi dan berkoordinasi dengannya secara militer,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Universitas Ewha di Seoul.
Pekan lalu China mengkritik sanksi baru AA. Tetapi China juga meminta semua pihak untuk bertindak hati-hati dan terlibat dalam dialog untuk mengurangi ketegangan.
Beijing mengatakan pihaknya memberlakukan sanksi internasional yang ada, tetapi telah bergabung dengan Rusia untuk mendesak Dewan Keamanan PBB untuk melonggarkan sanksi terhadap Korea Utara. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)