Lima tahun kemudian, Siddiqui muncul di negara tetangga Pakistan yang dilanda perang, Afghanistan, di mana dia ditangkap oleh pasukan lokal di provinsi tenggara Ghazni yang bergolak.
Seruan Kebencian Terhadap Amerika
Saat diinterogasi oleh pasukan AS, Siddiqui mengambil senapan dan melepaskan tembakan.
Ia berteriak dan melontarkan ancaman.
Para tentara AS selamat tanpa cedera, tetapi dirinya sendiri terluka.
Pemenjaraannya memicu kemarahan di Pakistan.
Para pendukungnya mengklaim bahwa Siddiqui adalah korban rencana rahasia Pakistan-AS.
Sebelumnya, pembebasannya menjadi tuntutan utama para militan, termasuk saat dua krisis penyanderaan di Pakistan serta penangkapan James Foley, seorang jurnalis Amerika yang dipenggal oleh ISIS pada tahun 2014.
Michael Kugelman, seorang analis Asia Selatan, mentweet:
"Siddiqui tidak terkenal di AS, tetapi di Pakistan dia adalah nama besar -- banyak yang memandangnya sebagai korban yang tidak bersalah."
Dalam artikel sebelumnya, Kugelman menggambarkan Siddiqui sebagai sosok kontroversial utama di antara militan Islam.
Ia mengatakan Siddiqui dipandang sebagai "simbol kuat tentang betapa buruknya orang Amerika memperlakukan Muslim yang tidak bersalah dalam kampanye global melawan teror".
Masalah ini tetap menjadi masalah ketegangan jangka panjang antara Pakistan dan AS, mengutip AFP.
Selama kampanye pemilihannya, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, seorang kritikus terbuka atas tindakan AS terkait dengan perang melawan teror, bersumpah untuk membebaskan Siddiqui.
Imran Khan menawarkan untuk membebaskan Shakeel Afridi, yang mendekam di penjara Pakistan atas perannya dalam membantu Amerika melacak pendiri Al-Qaeda Osama Bin Laden di Pakistan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)