TRIBUNNEWS.COM - Aksi demo menolak vaksin dan aturan Covid-19 di Belgia berlangsung ricuh, Minggu (23/1/2022).
Pengunjuk rasa melempar batu dan polisi menembakkan meriam air dan gas air mata.
Dikutip dari France24, pihak berwenang memperkirakan bahwa sekitar 50.000 orang berbaris di ibu kota Belgia, Brussels.
Aksi tersebut merupakan yang terbesar dalam serentetan protes di kota itu selama beberapa bulan terakhir.
Bentrokan pecah di dekat markas besar Uni Eropa ketika polisi menggunakan meriam air dan gas air mata untuk memukul mundur pengunjuk rasa yang melemparkan batu dan petasan.
Baca juga: Petualang Prancis Berusia 75 Tahun Tewas Saat Mencoba Mendayung Melintasi Atlantik
Baca juga: Covid-19 Makin Tinggi, Pakistan Batasi Hanya Yang Sudah Divaksinasi Lengkap Bisa Salat di Masjid
Outlet berita RTL melaporkan bahwa demonstran bertopeng telah menghancurkan pintu masuk kaca ke kantor badan kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Protes datang ketika gelombang Omicron menyebabkan infeksi mencapai rekor tertinggi di seluruh Eropa.
Para pengunjuk rasa membawa tulisan yang menentang Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo dan pass Covid Safe yang menegaskan bahwa vaksinasi atau tes negatif diperlukan untuk masuk ke berbagai tempat.
Seorang demonstran, berdiri di atas panggung, menyuruh yang lain untuk mengangkat tangan, mengatakan bahwa para pengunjuk rasa tidak akan menyerah.
“Saya marah dengan pemerasan yang dilakukan pemerintah, sebagian besar untuk kaum muda tetapi untuk semua orang, tetapi sebagian besar untuk kaum muda, mereka benar-benar memaksa bahwa setiap orang harus mendapatkan vaksin,” kata Caroline van Landuyt, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Belgia berada di tengah gelombang kelima infeksi Covid-19, dengan puncaknya tidak diperkirakan selama setidaknya beberapa minggu.
Sekitar 89 persen orang dewasa di Belgia telah divaksinasi lengkap, dan 67 persen sekarang juga telah menerima suntikan booster.
“Saya sangat marah karena anak-anak saya harus mendapatkan vaksin. Mereka ingin bepergian, mereka ingin melakukan kompetisi olahraga, dan mereka tidak dapat melakukannya tanpa vaksin, tetapi mereka tidak mau, itu hanya pemerasan,” tambahnya.
Protes itu muncul ketika gelombang infeksi yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular dari virus corona menyebabkan infeksi mencapai rekor tertinggi di seluruh Eropa.