Menurut pemerintah provinsi, lebih dari 90 persen bangunan di pulau itu, termasuk sekolah dan balai kota, rusak parah.
Seluruh pulau telah tanpa listrik sejak itu dan tetap bergantung pada generator listrik yang menyediakan pasokan terbatas.
Baca juga: Saksi Ungkap Dua Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Filipina Turut Hadir Baiat ISIS di Makassar
Sementara, banyak penduduknya tinggal di bangunan darurat dan bahkan pusat evakuasi.
Di desa kecil Cangcohoy, pedalaman dari Siargao, 15 keluarga terus berlindung di gedung sekolah setelah rumah mereka hancur, menurut ANC, saluran berita kabel Filipina.
Banyak dari keluarga tersebut juga kehilangan mata pencaharian, dan mereka bergantung pada bantuan, sebagian besar dari donor dari pihak swasta, untuk bertahan hidup.
IFRC mengatakan dukungan kemanusiaan, termasuk rumah, pasokan air bersih, dan perawatan kesehatan, tetap besar.
"Sudah lebih dari satu bulan sejak Topan Rai menghantam Filipina, namun jutaan orang masih sangat membutuhkan dukungan kemanusiaan, termasuk rumah, pasokan air bersih, dan perawatan kesehatan," kata kepala negara IFRC Alberto Bocanegra seperti dikutip Aljazeera.
(Tribunnews.com)