TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan atas krisis Ukraina-Rusia telah mendidih selama lebih dari dua bulan.
Rusia telah mengirim 130.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina.
Hal itu memicu peringatan Barat tentang invasi yang akan segera terjadi.
Amerika Serikat (AS) mengatakan, Rusia memiliki kekuatan untuk menyerang Ukraina kapan saja.
Baca juga: Siaga Perang Rusia-Ukraina, Eropa Timur Siapkan Tempat Pengungsian
Baca juga: Konflik Rusia vs Ukraina: Amerika Serikat Sebut Moskow Mungkin Buat Dalih Serang Kyiv
Tetapi Rusia telah berulang kali membantah memiliki rencana seperti itu.
Apa yang terjadi selanjutnya dapat membahayakan seluruh struktur keamanan Eropa.
Mengapa ada konflik Rusia-Ukraina?
Mengutip Al Jazeera, Ukraina, yang merupakan bagian dari kekaisaran Rusia selama berabad-abad sebelum menjadi republik Soviet, meraih kemerdekaan saat Uni Soviet bubar pada tahun 1991.
Ia pindah untuk melepaskan warisan kekaisaran Rusia dan menjalin hubungan yang semakin dekat dengan Barat.
Keputusan Presiden Ukraina yang berhaluan Kremlin Viktor Yanukovych untuk menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow, menyebabkan protes massal yang membuatnya digulingkan sebagai pemimpin pada tahun 2014.
Rusia menanggapinya dengan mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan mendukung pemberontakan separatis yang pecah di timur Ukraina.
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak.
Moskow membantahnya, mengatakan Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.
Menurut Kyiv, lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran yang menghancurkan Donbas, jantung industri timur Ukraina.