TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin telah mengerahkan pasukan ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur yakni Donetsk dan Luhansk.
Pada Senin (21/2/2022), Putin telah mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai wilayah merdeka.
Seorang menteri senior Inggris pada Selasa (22/2/2022) mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah dimulai sehingga Inggris akan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Seorang saksi mata Reuters melihat tank dan perangkat militer lainnya bergerak melalui kota Donetsk.
"Anda dapat menyimpulkan bahwa invasi ke Ukraina telah dimulai," kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid kepada Sky News.
"Rusia, Presiden Putin, telah memutuskan untuk menyerang kedaulatan Ukraina dan integritas teritorialnya," sambungnya, sebagaimana dikutip dari CNA.
"Kami akan memberlakukan sanksi seperti yang kami katakan akan selalu kami lakukan," katanya.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Sebut Rusia Rencanakan Perang Terbesar di Eropa
Baca juga: Ukraina Pastikan Wilayah Udaranya Aman dan Terbuka untuk Maskapai Internasional
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menyebut Inggris akan menerapkan sanksi pada Rusia.
"Kami akan segera menerapkan paket sanksi ekonomi," kata Johnson kepada wartawan setelah pertemuan tanggap darurat pemerintah.
"Ini, harus saya tekankan, hanya rentetan pertama sanksi ekonomi Inggris terhadap Rusia, karena kami berharap saya khawatir akan ada lebih banyak perilaku irasional Rusia yang akan datang."
Sanksi tersebut, kata Johnson, akan "ditargetkan tidak hanya pada entitas di Donbass dan Luhansk dan Donetsk, tetapi di Rusia sendiri, menargetkan kepentingan ekonomi Rusia sekeras yang kami bisa."
Inggris telah mengancam akan memotong akses perusahaan Rusia ke dolar AS dan pound Inggris.
Itu artinya, akan menghalangi Rusia untuk meningkatkan modal di London dan untuk mengekspos apa yang disebut Johnson sebagai "boneka Rusia" dari properti dan kepemilikan perusahaan.
Inggris belum menjelaskan siapa yang akan terkena sanksi, tetapi telah berjanji bahwa tidak akan ada tempat bagi oligarki Rusia untuk bersembunyi.