Kemudian, pada Rabu (23/2/2022), dikeluarkan sanksi terhadap perusahaan di balik pipa energi yang menghubungkan Rusia ke Jerman.
Serangan Militer Pasukan Rusia
Dalam sebuah pernyataan TV, Vladimir Putin mengatakan, Rusia tidak berencana untuk menduduki Ukraina dan menuntut agar militernya meletakkan senjata mereka.
Beberapa saat kemudian, serangan dilaporkan terhadap sasaran militer Ukraina.
Ukraina mengatakan, Putin telah meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina.
Militer Rusia menerobos perbatasan di sejumlah tempat, di utara, selatan dan timur, termasuk dari Belarus, sekutu lama Rusia.
Baca juga: Rusia Invasi Ukraina: Jokowi Sebagai Presidensi G20 Diminta Bertindak Guna Hindari Perang Dunia III
Baca juga: Serangan Rusia di Ukraina Tewaskan 40 Orang, Presiden Zelenskyy akan Serahkan Senjata ke Semua Orang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan darurat militer diberlakukan di seluruh Ukraina dan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Rusia.
"Jangan panik. Kami kuat. Kami siap untuk apa pun. Kami akan mengalahkan semua orang, karena kami adalah Ukraina," katanya dalam sebuah pernyataan video, seperti diberitakan BBC, Kamis.
Sebelumnya, Presiden Rusia mengumumkan bahwa dia mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur.
Daerah-daerah yang memisahkan diri direbut oleh pemberontak yang didukung Rusia setelah Rusia menginvasi Krimea pada 2014.
Putin melancarkan serangan itu setelah protes jalanan massal di Ukraina yang menggulingkan Presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych.
Sejak itu, lebih dari 14.000 orang tewas di timur dalam konflik antara pemberontak dan pasukan Ukraina.
Putin mengatakan, tujuan operasi militer adalah untuk membela orang-orang di daerah-daerah yang memisahkan diri.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia vs Ukraina