TRIBUNNEWS.COM - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir naik tajam pada Kamis (24/2/2022).
Nasdaq memimpin kenaikan dengan poin 3 persen.
Al Jazeera menulis ini merupakan pembalikan pasar yang dramatis karena Presiden AS Joe Biden meluncurkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia setelah Moskow memulai invasi habis-habisan ke Ukraina.
S&P 500 naik lebih dari 1 persen, mengakhiri penurunan empat hari di tengah kekhawatiran atas meningkatnya krisis.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Pengaruhi Saham Asia dan Harga Minyak
Baca juga: IHSG Ditutup Merosot ke 6.817, Investor Asing Koleksi Saham Rp 894,58 Miliar
Dow Jones juga berakhir di wilayah positif.
Setelah berkonsultasi dengan rekan-rekan dari negara-negara G7, Biden mengumumkan langkah-langkah untuk menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama dunia, bersama dengan sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.
Gedung Putih telah memperingatkan Amerika bahwa konflik dapat menyebabkan harga bahan bakar yang lebih tinggi di AS.
Tetapi para pejabat AS telah bekerja dengan rekan-rekan di negara-negara lain pada pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis global.
Ketiga indeks utama dijual di awal hari di tengah berita invasi Rusia ke Ukraina, dengan Nasdaq turun lebih dari 3 persen pada pembukaan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Saham Sektor Ini Dapat Berikan Cuan
Baca juga: IHSG di Sesi I Terperosok ke Level 6.807, Investor Asing Borong Saham Hingga Rp 592 Miliar
Mereka mencapai sesi tertinggi setelah komentar Biden dan rally menjelang penutupan.
"Pendirian keras yang diambil AS dan Eropa mengirimkan pesan keras ke pasar keuangan bahwa mereka akan mencoba melumpuhkan sebanyak mungkin ekonomi Rusia," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York.
“Dari satu perspektif itu positif,” katanya, seraya menambahkan bahwa penjualan di pasar mungkin belum berakhir.
"Ke depan, kami masih tunduk pada harga minyak yang mungkin lebih tinggi, mungkin harga komoditas yang lebih tinggi."
Baca juga: Korea Investment and Sekuritas Indonesia Targetkan Nilai Transaksi Saham Rp 121 Triliun di 2022
Baca juga: KISI Targetkan Nilai Transaksi Saham Rp 121 Triliun di 2022
Investor khawatir tentang bagaimana peningkatan inflasi akan mempengaruhi prospek Federal Reserve dan suku bunga yang lebih tinggi.