TRIBUNNEWS.COM - Analis Politik Internasional, Drs Ign Agung Setiawan SE S.IKom MSi PhD mengatakan konflik antara Rusia dan Ukraina bisa berdampak pada permasalahan ekonomi yang cukup besar.
Pasalnya Rusia dikenal sebagai negara pengeskpor minyak bagi negara-negara di Eropa dan negara lainnya.
Sehingga kemungkinan bisa menyebabkan kelangkaan BBM sebagai salah satu konsekuensi dari perang militer Rusia dan Ukraina.
"Yang ada di depan kita, akan ada permasalahan ekonomi yang cukup besar. Karena kita tahu Rusia ini kan pengeskpor minyak untuk negara-negara Eropa dan juga negara lainnya."
"Mungkin ini akan menimbulkan kelangkaan BBM atau mungkin kelangkaan macam-macam yang ini menjadi suatu konsekuensi dari peperangan militer yang kemudian berkembang kemana-mana. Jadi perang militer ini akan merambat ke bidang-bidang lainnya," kata Agung saat dihubungi Tribunnews, Minggu (27/2/2022).
Baca juga: Menteri Luar Negeri Ukraina: Amerika Serikat Tawarkan Bantuan untuk Lawan Rusia
Lebih lanjut Agung menilai meski terjadinya konflik Rusia-Ukraina ini jauh dari Indonesia, tapi Indonesia tetap akan terkena dampaknya.
Karena sekarang ini dunia semakin mengglobal, saling ketergantungan antara negara satu dengan yang lain, serta ketergantungan antara komoditi yang satu dengan yang lain.
"Ini terjadi di Eropa sana, tetapi kan sekarang dunia ini kan menjadi semakin mengglobal, dalam arti jadi kesaling ketergantungan, antara satu dengan yang lain, antara negara yang satu dengan yang lain, komoditi yang satu dengan komoditi yang lain," terang Agung yang merupakan Kaprodi Hubungan Internasional FISIP UNS ini.
Sehingga menurut Agung, peristiwa ekonomi, peristiwa politik di negara lain baik besar maupun kecil, akan tetap berdampak bagi Indonesia.
Baca juga: Dialog Ukraina-Rusia Lanjut ke Putaran Kedua, Ukraina Minta Rusia Mundur
Salah satu dampak yang akan dirasakan Indonesia adalah kemungkinan adanya krisis minyak.
Karena Indonesia juga termasuk negara importir minyak dan gas.
Oleh karena itu Agung berpendapat bahwa Indonesia mau tidak mau harus mengambil peran dalam mengatasi konflik Rusia-Ukraina ini.
"Peristiwa ekonomi, peristiwa potilik yang ada di negara lain itu pasti nanti besar atau kecil pasti akan berdampak pada kita. Tadi sudah saya katakan ketika terjadi krisis minyak, ya kita akan kena."
"Karena Indonesia kan importir minyak dan gas. Sehingga mau tidak mau Indonesia harus mengambil peran dalam mengatasi krisis ini," pungkasnya.
Baca juga: Salahkan Ukraina, Rusia Membela Diri dalam Pertemuan Darurat PBB
Ekonom Minta Waspadai Risiko Pelemahan Rupiah Akibat Ketidakpastian Konflik Rusia-Ukraina
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, ekonom memperingatkan agar mewaspadai risiko pelemahan nilai tukar rupiah sebagai imbas dari ketidakpastian akhir dari konflikRusia dengan Ukraina yang terus berlanjut saat ini.
Peringatan itu disampaikan ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini. Mikalil mengatakan, pelaku pasar sempat mengekspektasikan agresi militer Rusia dan Ukraina akan segera berakhir jika Rusia berhasil menguasai Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Namun, hingga kini usaha Rusia menaklukkan Ukraina belum berhasil.
Pasukan Kiev telah berhasil memperlambat laju pasukan penyerang Rusia. Mikail mengatakan akhir dari perang Rusia dan Ukraina mengandung ketidakpastian yang tinggi.
Baca juga: Para Diplomat DK PBB Tuduh UEA Lakukan Kesepakatan Kotor dengan Rusia
"Karena Kiev belum bisa Rusia taklukkan, peperangan masih akan berlanjut dan membuat rupiah melemah," kata Mikail, Minggu (28/2/2022).
Sebelumnya pada Jumat (25/2/2022), rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,19% ke Rp 14.364 per dollar AS.
Kurs JISDOR versi Bank Indonesia (BI) juga menguat tipis 0,01% ke RP 14.369 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan bila respon pelaku pasar cenderung mengacuhkan perang di Ukraina dan Rusia, maka tidak menutup kemungkinan rupiah akan bergerak menguat.
Baca juga: Militer Ukraina: Rusia Berencana Gunakan Pasukan Belarus
Meski begitu, perkembangan perang yang terbaru tetap berpotensi membawa pengaruh pada pergerakan rupiah.
Apalagi, setelah libur di Indonesia. Untuk perdagangan rupiah di Selasa (1/3/2022), Mikail memproyeksikan bergerak melemah di rentang Rp 14.400 per dollar AS-Rp 14.450 per dollar AS.
Andian memperkirakan kurs rupiah berada di rentang Rp 14.300 per dollar AS-Rp 14.500 per dollar AS. Selanjutnya: Promo Mingguan J.CO 26 Feb - 6 Mar 2022, JPops dan 2 Minuman Rp 108.000 Editor: Tendi Mahadi
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Choirul Arifin)