TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei buka suara terkait serangan Rusia ke Ukraina.
Menurutnya, krisis yang terjadi di Ukraina pasca serangan Rusia terjadi karena kebijakan dari Amerika Serikat dan negara Barat lainnya.
Dikutip dari Aljazeera, ia juga mengatakan adanya 'rezim mafia' asal Amerika Serikat yang membuat adanya krisis di seluruh dunia.
Khamenei mencontohkan pembentukan ISIS dan ikut campurnya negara lain oleh dorongan dari rezim untuk membentuk politik pro-Barat.
Selain itu, ia juga menganggap, Ukraina telah jatuh menjadi korban atas kebijakan seperti yang disebutkan sebelumnya dan harus mengalami keadaan saat ini.
Baca juga: Dua Oligarki Rusia Serukan Agar Perang di Ukraina Segera Diakhiri
Baca juga: Imbas Sanksi Global, Rusia Hentikan Peluncuran Roket Soyuz dari Spaceport Eropa
Namun selama pidatonya terkait perang di Ukraina, Khamenei sama sekali tidak menyinggung soal apa yang telah dilakukan Rusia.
Khamenei mengatakan adanya dua pelajaran yang harus dipelajari dari krisis di Ukraina oleh pemerintah dan seluruh masyarakat dunia yaitu pihak Barat tidak dapat dipercaya dan dukungan adalah hal yang sangat penting.
"Dukungan oleh pemerintah Barat untuk kepentingan adminstratif dan politik yang telah ditanamkan oleh mereka adalah khayalan belaka," kata Khamenei.
Ungkapan tersebut ia kutip dari penarikan pasukan oleh Amerika Serikat dan pasukan Barat dari Afghanistan. Hal ini membuat negara tersebut jatuh ke tangan Taliban.
Ia juga mengungkapkan pendukung terbaik dari sebuah pemerintahan adalah masyarakat sendiri.
Apabila warga Ukraina mendukung penuh pemerintahan negaranya, maka mereka tidak akan berada di posisi seperti sekarang ini.
Sementara mengenai krisis Ukraina, Iran juga menganggap NATO sebagai pelaku utama.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi pada minggu lalu menjadi pemimpin pertama yang berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin setelah melakukan invasi ke Ukraina.
Baca juga: Para Ahli Sebut Kripto Tidak akan Menyelamatkan Rusia dari Sanksi
Dalam sambungan telepon, Raisi mengatakan kepada Putin bahwa ekspansi NATO ke wilayah Timur Eropa membuat adanya ancaman serius terhadap keamanan dan stabilitas negara.
“Saya harap apa yang terjadi akan berakhir dengan keuntungan kepada negara dan wilayahnya,” ujar Raisi.
Kementerian Luar Negeri Iran juga menegaskan dalam beberapa kesempatan bahwa krisis yang terjadi berakar dari NATO.
Iran dan Rusia telah mengincar perjanjian bilateral dan mendiskusikan pembaruan kerjasama dalam 20 tahun selama Raisi mengunjungi Kremlin pada Januari 2022.
Di lain sisi, Rusia juga menjadi pemain utama dalam negosiasi di Vienna Austia untuk mengembalikan izin pengoperasian senjata nuklir Iran dengan negara-negara adikuasa.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia di Ukraina: Serangan Udara Hantam Kharkiv, Konvoi Tank Sepanjang 64 km ke Kiev
Mengenai hal ini, terdapat indikasi bahwa pembicaraan telah berada di tahap akhir.
Fakta Konflik Rusia Vs Ukraina
Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, hari ini, Selasa (1/3/2022), Rusia meluncurkan misil dan menghancurkan sebuah gedung di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Kemudian, Ukraina mengklaim telah membuat 5.710 tentara Rusia tewas.
Namun terkait klaim tersebut belum dapat diverifikasi.
Hamya saja, menurut Kementerian Pertahanan Inggris, Moskow sebagai pusat militer Rusia telah mengalami kerugian besar selama perang.
Mengenai klaim tentara Rusia yang tewas juga diamini oleh pejabat militer Ukraina.
Baca juga: Kecoh Tentara Rusia, Ukraina Cabut Semua Rambu Jalan di Wilayahnya
Selain itu, beredar pula video yang diunggah di Facebook. Juru bicara staf umum Ukraina menambahkan lebih dari 200 tentara Rusia telah ditawan oleh pasukan Ukraina.
Pejabat tersebut juga mengklaim telah menghancurkan, 198 tank Rusia, 29 pesawat, 846 kendaraan lapis baja, dan 29 helikopter.
Hal ini senada dengan pengakuan para pejabat Moskow pada Minggu (27/2/2022) bahwa pasukannya telah menjadi korban setelah berhari-hari mengklaim tidak ada tentara Rusia yang tewas.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Facundho Chrysna Pradipha)
Artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina