TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia tampaknya bergerak untuk memblokir akses Ukraina dari laut.
Kherson, Mariupol, dan Odesa barat dikepung satuan amfibi Rusia.
DIkutip Guardian, ketika serangan angkatan laut Rusia di selatan Ukraina menyebar, kapal dagang milik Estonia Helt ditabrak dan ditenggelamkan.
Sebelumnya, kapal kargo milik Bangladesh terkena proyektil, satu awaknya tewas.
Pelabuhan yang tersebar di sepanjang garis pantai Ukraina, membentang dari Laut Azov di timur hingga Laut Hitam menjadi perhatian dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Delegasi Ukraina Tiba untuk Lanjutkan Negosiasi dengan Rusia di Belovezhskaya Pushcha
Baca juga: Terkait dengan Perang Rusia Vs Ukraina, Dukungan Dunia Olahraga Tidak Cukup, Ini Kata Marc Marquez
Memotong akses Ukraina ke pantainya akan memberikan pukulan yang kuat bagi perekonomian negara itu.
Strategi ini memungkinkan Rusia membangun koridor darat yang membentang dari perbatasannya, melintasi Krimea dan sepanjang jalan ke barat hingga Rumania.
Tujuan utama lain pasukan Rusia di tenggara tampaknya adalah Zaporizhzhia yang merupakan lokasi pembangkit listrik tenaga nuklirnya di tenggara Ukraina sekaligus terbesar di Eropa.
Pasukan Rusia juga mencoba menerobos barikade ke pabrik yang didirikan oleh penduduk lokal dan pasukan pertahanan teritorial.
Pergerakan di selatan negara itu terjadi ketika pasukan Rusia menyerang Ukraina dalam tiga arah.
Penduduk di kota itu mengatakan kepada Guardian tentang peningkatan dalam serangan udara Rusia pada Rabu (2/3/2022).
Saat itu gambar-gambar muncul dari pantai-pantai dekat kota yang dipenuhi ranjau dan pertahanan lainnya sedang dipersiapkan.
Baca juga: Rusia Serang PLTN Zaporizhzhia, Kemlu Ukraina: Dampaknya Bisa 10 Kali Lebih Besar dari Chernobyl
Baca juga: Evakuasi WNI dari Ukraina, Dubes Vasyl: Rakyat Indonesia Dikelola Dengan Baik Oleh Pemerintahnya
Konvoi Angkatan Laut Rusia
Kekhawatiran seputar potensi pendaratan amfibi yang menargetkan Odesa meningkat pada Kamis (3/3/2022).
Hal ini menyusul gambar konvoi angkatan laut Rusia yang menunjukkan setidaknya delapan kapal terlihat di lepas pantai.
Konvoi itu tampaknya mencakup sejumlah kapal pendarat besar kelas Ropucha seberat 4.080 ton dan kapal pendukung.
"Kherson sangat penting karena itu adalah kota yang mengontrol pasokan air ke Krimea," kata Michael Clarke dari Royal United Services Institute dalam briefing online.
"Kherson juga menjadi kota yang menjadi kunci untuk menyeberangi Sungai Dnieper."
"Pada titik tertentu, Rusia akan ingin berada di kedua sisi sungai untuk naik dan bergabung dengan front utara mereka. Kherson adalah keuntungan besar bagi Rusia."
"Mereka butuh beberapa saat tetapi mereka ada di sini sekarang," katanya.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina: Pesawat Kiamat Putin Mulai Lepas Landas, Disebut Anti Ledakan Nuklir
Baca juga: Kebakaran Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina Padam, Kini Lokasinya Dikuasai Rusia
Gubernur regional Mykolaiv, Vitaliy Kim mengatakan, konvoi besar pasukan Rusia maju ke Kherson yang merupakan pelabuhan utama Laut Hitam dan pusat pembuatan kapal di barat.
Gubernur Kherson, Hennadiy Lahutamengakui orang Rusia ada di kota itu. Ia menambahkan, stafnya tidak melepaskan tugas.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah pasukan Rusia berada dalam kendali penuh atas Kherson.
Wali Kota Kherson, Ihor Kolykhaiev mengatakan dalam sebuah posting Facebook pada Kamis pagi (3/3/2022), pasukan Rusia mengendalikan balai kota.
Penduduk juga harus mematuhi jam malam yang diberlakukan oleh apa yang disebutnya "pengunjung bersenjata".
Baca juga: Kontraktor di AS Rekrut Tentara Bayaran ke Ukraina, Gajinya Hingga Rp 28 Juta Per Hari
Laporan juga muncul dari Mariupol bahwa pasukan Rusia berusaha mencegah warga sipil mengungsi, menurut walikota, Vadym Boichenko.
Pertempuran sengit berlanjut di pinggiran Mariupol, dengan sebagian besar listrik dan layanan telepon terputus, dan rumah-rumah serta toko-toko menghadapi kekurangan makanan dan air.
Al Jazeera melaporkan, Boichenko mengatakan dalam siaran video: "Para penyerbu secara sistematis dan metodis mencoba memblokade kota Mariupol."
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)