TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin de-facto Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menolak mengatur panggilan dengan Presiden AS Joe Biden dalam beberapa pekan terakhir di saat AS berusaha menahan lonjakan harga minyak yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip pejabat Timur Tengah dan AS, Wall Street Journal melaporkan, baik Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan dari UEA tidak tersedia untuk permintaan diskusi dari Biden.
“Ada beberapa harapan dari panggilan telepon, tetapi itu tidak terjadi,” kata seorang pejabat AS tentang rencana Pangeran Saudi Mohammed dan Biden untuk berbicara.
“Itu adalah bagian dari menyalakan keran (minyak Saudi).”
Pekan lalu, OPEC+, yang juga mencakup Rusia, menolak meningkatkan produksi minyak meskipun ada permintaan dari Barat.
Baca juga: Pejabat Senior: Ukraina Harus Menahan Serangan hingga 10 Hari ke Depan untuk Gagalkan Rusia
Baca juga: Xi Jinping kepada Pemimpin Eropa: China Bersedia Menengahi Konflik Rusia Vs Ukraina
Dilansir The Guardian, laporan tegangnya komunikasi dengan pemimpin Arab terjadi di saat AS berusaha meningkatkan pasokan minyak setelah secara resmi melarang impor minyak dari Rusia pada Selasa (8/3/2022).
Hal ini menyebabkan harga minyak melonjak ke $130 per barel, level tertinggi dalam 14 tahun.
Di saat yang sama, AS untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun membuka saluran diplomatik dengan Venezuela, sekutu Rusia yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.
Venezuela membebaskan dua orang Amerika dari penjara, mengindikasikan isyarat baik terhadap pemerintahan Biden serta permintaan meningkatkan produksi minyak guna meredakan lonjakan harga.
Diketahui, hubungan AS dan Arab Saudi mendingin karena kebijakan Biden di kawasan Teluk.
Isu-isu yang menyebabkan renggangnya hubungan kedua negara ini meliputi kesepakatan nuklir Iran, kurangnya dukungan AS terhadap intervensi Saudi di Yaman, dan penolakan menetapkan Houthi sebagai kelompok teroris.
Selain itu, kurangnya bantuan AS terhadap program nuklir Saudi hingga kasus Pangeran Mohammed terkait pembunuhan Jamal Khashoggi juga berperan.
Selama kampanye, Biden bersumpah untuk memperlakukan kerajaan itu sebagai negara "paria", dengan mengatakan "sangat sedikit nilai penebusan sosial dalam pemerintahan saat ini di Arab Saudi."
Awal pekan ini, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan tidak ada rencana bagi Biden dan Pangeran Mohammed untuk segera berbicara.