TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia ke Ukraina nampaknya berpengaruh besar pada kehidupan mahasiswi yang kini berada di Rusia.
Satu di antaranya adalah Febry Wijayanti (32).
Ia adalah seorang dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) yang sedang melanjutkan studi doktoral di Ural Federal University yang terletak di Kota Yekaterinburg, Rusia.
Febry mengatakan, adanya perang antara Rusia dengan Ukraina berdampak terhadap kegiatan perkuliahannya.
Terutama soal akses komunikasi dalam penggunaan internet, karena perkuliahan lebih sering dilakukan secara daring.
Febry mengatakan, untuk dapat berselancar di dunia maya, ia harus menggunakan virtual private network (VPN) berbayar.
Baca juga: Cerita Warga Ukraina yang Berhasil Melarikan Diri dari Invasi Rusia: Saya Lupa Kapan Terakhir Makan
Sebab, akses internet untuk Facebook, Twitter, WhatsApp hingga Google terblokir. Begitu juga pertemuan daring untuk Google Meet juga tidak bisa digunakan.
"Tetapi untuk Zoom masih bisa, kemudian saya sekarang nggak pakai Google (untuk search engine) jadi beralih ke Yandex," kata Febry saat dihubungi via zoom, Kamis (10/3/2022).
Meski begitu, dia masih bisa berkomunikasi dengan orangtuanya di Indonesia.
Baca juga: Berita Foto : Pasukan Ukraina Kursus Singkat Gunakan Misil Penghancur Tank
Harga Bahan Pokok Naik dan Susah Tarik Uang di ATM
Wanita yang beralamat tinggal di Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu juga bercerita pengaruh perang terhadap situasi ekonomi.
Dikatakannya, warga di sekitar tempat tinggalnya mulai kesulitan mencari bahan kebutuhan pokok. Harga kebutuhan pokok juga naik.
"Seperti harga satu kotak susu yang biasanya 50 rubel sekarang naik menjadi 70 rubel, memang untuk harga kebutuhan pokok naiknya lumayan," katanya.
Selain itu, warga saat ini juga kesusahan untuk menarik uang di ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
Sebab, sanksi yang dijatuhkan oleh berbagai negara barat berdampak terhadap sektor perbankan di Rusia.
Kini, mereka hanya dapat mengandalkan transaksi dengan uang tunai.
"Misalnya visa, mastercard itu mendadak tidak bisa dipakai, sempat teman-teman pelajar WNI tidak bisa menerima dan mengirim uang, warga di sini juga mengantri ke ATM terdekat untuk ambil uang tunai secukupnya," katanya.
Baca juga: Tak Ada Lagi Alkohol, Cola, Burger, Produsen Makanan dan Minuman Barat Hentikan Operasional di Rusia
Suasana Kota Sepi
Situasi yang kurang nyaman dirasakan olehnya dalam dua pekan terakhir. Dia juga merasa cemas dan takut dengan kondisi yang ada.
Suasana juga semakin memanas dengan adanya bentuk penolakan dari mahasiswa Rusia terhadap pemerintahnya.
"Saya melihat polisi patroli tiap hari, bahkan kegiatan belajar juga sempat tersendat, terkadang ada demo," ujarnya.
Sebenarnya, kota tempat Febry tinggal masih aman dari situsasi peperangan. Konflik hanya terjadi di perbatasan, yakni di Belgorod. Namun, jarak Kota Yekaterinburg ke perbatasan lumayan dekat sekitar 90 kilometer.
Dia juga mengungkapkan kondisi terkini dari kota itu. Suasana sepi dan hanya sedikit warga Rusia yang keluar rumah.
"Biasanya ramai aktivitas warga seperti jalan-jalan, olahraga atau belanja ke supermarket, itu sudah jarang. Tetapi di sini masih aman sebenarnya," katanya.
Meski begitu, dia masih bisa pergi ke kampusnya jika diperlukan.
Febry juga mengungkapkan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow bakal membangun Safe House untuk mendapat jaminan keamanan jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Disisi lain, dia berencana untuk mengakhiri studinya pada tahun ini yang sedang dalam menuju ujian disertasi dalam waktu dekat.
"Doakan saja semoga semuanya lancar dan tidak ada penundaan," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Pelajar Indonesia di Rusia: Harga Kebutuhan Pokok Naik hingga Kuliah Pakai VPN Berbayar