Di kota pelabuhan Mariupol, warga sipil terperangkap di dalam kota untuk mencari makanan dan bahan bakar.
Lebih dari 1.300 orang tewas dalam pengepungan 10 hari di kota yang dingin itu, kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk.
Penduduk tidak memiliki pemanas, layanan telepon, dan banyak yang tidak memiliki listrik.
Suhu malam hari secara teratur di bawah titik beku dan suhu siang hari biasanya berada tepat di atasnya.
Jenazah korban invasi ini dimakamkan di kuburan massal.
Jalanan dipenuhi mobil-mobil yang terbakar, pecahan kaca, dan pohon yang tumbang.
"Mereka memiliki perintah yang jelas untuk menyandera Mariupol, untuk mengejeknya, untuk terus-menerus mengebom dan membomnya," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Dia mengatakan Rusia memulai serangan tank tepat di tempat yang seharusnya menjadi koridor kemanusiaan.
Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari negara itu mencapai 2,3 juta, dan sekitar 100.000 orang telah dievakuasi selama dua hari terakhir dari tujuh kota di bawah blokade Rusia di utara dan tengah negara itu, termasuk pinggiran kota Kyiv.
Baca juga: Putin Tantang Negara Barat, Sanksi Ekonomi ke Rusia Justru Akibatkan Krisis di Uni Eropa
Baca juga: Di Mariupol, Pasukan Rusia Lakukan Penembakan Setiap 30 Menit, Anak-anak dan Wanita Jadi Korban
Zelenskyy mengatakan kepada para pemimpin Moskow bahwa invasi akan menjadi bumerang karena ekonomi Rusia dicekik.
Sanksi Barat telah memberikan pukulan keras, menyebabkan rubel jatuh, bisnis asing melarikan diri, dan harga naik tajam.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut negaranya pernah dijatuhi sanksi serupa sebelumnya.
"Kami akan mengatasinya," kata Putin pada pertemuan pejabat pemerintah yang disiarkan televisi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)