News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sosok Ivan Fedorov, Wali Kota Melitopol Ukraina yang Diculik Rusia, Dituduh Terlibat Terorisme

Penulis: garudea prabawati
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ivan Fedorov, Wali Kota Maritopol Ukraina yang diculik Rusia. (Tangkap layar The Indie Toaster)

TRIBUNNEWS.COM - Wali Kota Melitopol, Ukraina, Ivan Fedorov disebut telah hilang lantaran diculik.

Penculikan Ivan Fedorov terekam dalam video.

Kejadian yang terjadi pada Jumat (11/3/2022) tersebut memperlihatkan Ivan Fedorov, terlihat di video dibawa pergi dari gedung pemerintah kota oleh orang-orang bersenjata.

Melitopol adalah sebuah kota di Ukraina selatan yang terletak di antara kota Mariupol yang terkepung dan kota Kherson yang sekarang diduduki Rusia.

Pasukan Rusia menduduki Melitopol beberapa hari setelah invasi dimulai, dikutip Tribunnews dari CNN.

Kini Rusia mengklaim telah menduduki kota tersebut.

Ivan Fedorov, Wali Kota Melitopol Ukraina yang diculik Rusia. (Tangkap layar The Indie Toaster)

Seusai Ivan Fedorov diculik, seorang wali kota baru yakni Galina Danilchenko, mantan anggota dewan kota.telah dilantik di kota Melitopol, Ukraina, yang berada di bawah kendali militer Rusia.

Jaksa regional Luhansk yang didukung Rusia mengklaim bahwa Fedorov telah melakukan pelanggaran terorisme dan sedang diselidiki.

Menurut sebuah pesan di situs web kejaksaan Luhansk, Fedorov dituduh membantu dan mendanai kegiatan teroris dan menjadi bagian dari komunitas kriminal.

Penahanan Fedorov oleh orang-orang bersenjata adalah kasus pertama di mana seorang pejabat politik Ukraina ditahan oleh Rusia, atau pasukan yang didukung Rusia, sejak invasi dimulai.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina: Bandara Dihancurkan, Bocah Tewas Ditembak saat Melarikan Diri

Baca juga: Cerita Mahasiswa Ukraina di Odesa Siapkan Bom Molotov Untuk Hadapi Tentara Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuntut pembebasannya segera, dengan mengatakan itu adalah "kejahatan terhadap demokrasi".

Dan Rusia telah beralih ke tahap teror baru dalam invasinya dengan mencoba untuk secara fisik menghilangkan perwakilan dari otoritas lokal Ukraina yang sah.

Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut penahanan Fedorov sebagai penculikan dan kejahatan perang.

Ratusan orang memprotes penculikan di luar balai kota Melitopol, dengan kerumunan meneriakkan "Kebebasan untuk Walikota."

Profil Ivan Fedorov

Ivan Fedorov merupakan seorang politikus muda di Ukraina yang menjabat sebagai Wali Kota Melitopol.

Pria kelahiran 29 Agustus 1988 menjabat sebagai walikota Melitopol sejak 2020, dikutip dari Wikipedia.

Ia sebelumnya adalah wakil kepala pertama Dewan Oblast Zaporizhzhia dan anggota dewan kota Melitopol.

Pria yang kini berusia 33 tahun ini menggantikan Serhii Minko sebagai Wali Kota Melitopol.

Pada 2015 sebelumnya, ia pernah terpilih sebagai wakil kepala pertama dari pertemuan ke-7 Dewan Oblast Zaporizhzhia.

Pada 6 Maret 2022, Fedorov dianugerahi Order for Courage III Class untuk kontribusi pribadinya yang signifikan terhadap perlindungan kedaulatan negara dan integritas teritorial Ukraina.

Juga keberanian dan tindakan tanpa pamrih yang ditunjukkan selama organisasi pertahanan permukiman dari penjajah Rusia.

Tentara Suriah Disebut Siap Bantu Perang Rusia Lawan Ukraina

Tentara Suriah disebut siap membantu Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

Kabar ini dibagikan oleh saluran TV Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda, dalam sebuah rekaman.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan Rusia mengetahui lebih dari 16.000 sukarelawan dari negara-negara di Timur Tengah.

Putin pun telah menyetujui membawa pejuang sukarelawan tersebut ke medan pertempurannya dengan Ukraina.

Presiden Rusia tersebut pun mengatakan kepada menteri pertahanannya untuk membantu para tentara sukarelawan tersebut siap ke zona pertempuran.

Dikutip Tribunnews dari Express.co.uk, Ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, bereaksi terhadap rencana Rusia untuk merekrut sukarelawan Suriah.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Kolase Tribunnews Business Insider/AFP Handout dan AFP/SERGEI SUPINSKY)

“Rusia mempekerjakan ISIS,” katanya.

Perekrutan warga Suriah telah memicu kekhawatiran soal pedoman Suriah yang dapat diluncurkan,  mencakup penggunaan senjata kimia.

Dalam video yang beredar menunjukkan tentara mengacungkan bendera Rusia, bersama dengan poster Putin dan sekutunya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Hussam Hammoud, seorang jurnalis Suriah, menunjukkan di Twitter bahwa tentara Tentara Suriah tersebut rela berperang membantu Rusia karena perintah militer resmi rezim Assad.

Baca juga: Pernyataan Bersama Para Duta Besar terkait Invasi Rusia ke Ukraina

Baca juga: Pasukan Rusia Lakukan Penembakan Setiap 30 Menit di Mariupol, Anak-anak dan Wanita Jadi Korban

Video tentara suriah yang disebut siap perang membantu Rusia. (Tangkap layar twitter @HussamHamoud)

Ini bukan sukarela, tulisnya dalam unggahan twitter.

"Russian media agencies publish a video showing Syrians will participate in the #Russian invasion of #Ukraine. From the video, we can see that those Syrians are #SAA soldiers who will fight due to the official military orders of the #Assad regime. It's not volunteering."

"Agensi media Rusia mempublikasikan video yang menunjukkan warga Suriah akan berpartisipasi dalam invasi #Rusia ke #Ukraina.
Dari video tersebut, kita dapat melihat bahwa orang-orang Suriah itu adalah tentara #SAA yang akan berperang karena perintah militer resmi dari rezim #Assad. Ini bukan sukarela."

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini