Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, LVIV – Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak memberikan bantuan militer atau keuangan ke Moskow setelah invasinya ke Ukraina.
Hal ini disampaikan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan, saat bertemu dengan diplomat top China Yang Jiechi di Roma.
Sanksi terhadap para pemimpin politik dan bisnis Rusia meningkat, dimana warga sipil berusaha melarikan diri dari pertempuran sengit di lapangan.
Reuters melaporkan pembicaraan lebih lanjut antara negosiator Ukraina dan Rusia untuk meredakan krisis diharapkan pada Selasa (15/3/2022), setelah diskusi pada Senin melalui video berakhir tanpa ada kemajuan baru yang diumumkan.
Ribuan orang tewas dalam pertempuran sengit dan pemboman sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Rusia menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" untuk "denazifikasi" negara dan mencegah genosida.
Klaim tersebut ditolak Amerika Serikat dan sekutunya sebagai dalih untuk serangan yang tidak dapat dibenarkan dan ilegal.
Baca juga: AS Tuduh Rusia Minta Bantuan Militer ke China, Barat Beri Sanksi ke China jika Terbukti
Menurut pejabat AS, Rusia telah meminta dukungan militer dan ekonomi dari Beijing, yang menandakan kesediaan untuk memberikan bantuan.
Moskow menyangkal hal itu, dengan mengatakan bahwa mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua tujuannya.
Kementerian luar negeri China menyebut laporan bantuan itu sebagai "disinformasi".
"Kami telah berkomunikasi dengan sangat jelas kepada Beijing bahwa kami tidak akan berdiam diri," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan setelah diketahui adanya pertemuan Sullivan dengan diplomat China Yang Jiechi di Roma.
"Kami tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya," Lanjutnya.
Pertemuan tujuh jam itu "intens" dan mencerminkan "gravitasi saat ini," menurut seorang pejabat AS.