TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengebom sekolah seni di Mariupol, Ukraina yang melindungi 400 warga sipil pada Minggu (20/3/2022).
Pemerintah kota Mariupol mengumumkan hal tersebut melalui Telegram dewan Mariupol dan Rada Verkhovna Ukraina.
Mereka mengatakan, para wanita, anak-anak hingga orang tua yang berlindung disana masih terjebak di bawah puing-puing reruntuhan bangunan.
Adapun, jumlah korban yang dilaporkan dari kehancuran sekolah seni G12 di distrik tepi kiri kota itu belum diketahui.
Dalam postingannya, mereka mengecam aksi Rusia yang terus melakukan kejahatan perang.
Baca juga: Ribuan Warga Mariupol Ukraina Dideportasi Paksa ke Wilayah Rusia
Baca juga: Gedung Teater Mariupol Ukraina Dibom Rusia, Korban Muncul dari Reruntuhan
Sebelumnya, pasukan Rusia juga mengebom sebuah gedung teater di Mariupol.
Padahal, gedung teater tersebut merupakan tempat berlindung bagi para 1.200 warga sipil.
Korban selamat pun diketahui muncul dari reruntuhan gedung.
Presiden Zelensky menyebut pengepungan dan kehancuran Kota Mariupol akan menjadi catatan sejarah sebagai kejahatan perang.
"Untuk melakukan ini ke kota yang damai adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang," kata Zelensky, dikutip dari The Guardian.
Kendati demikian, The Guardian belum melakukan verifikasi lebih lanjut terkait klaim pengeboman tersebut.
Kota Mariupol Dikuasai Pasukan Rusia, Anak dan Orang Tua Sekarat
Sementara itu, pasukan Rusia telah memisahkan Kota Mariupol dari Laut Azov dan kejatuhannya akan menghubungkan Krimea dengan wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Moskow di timur.
Mereka telah mendorong lebih dalam ke kota pelabuhan Mariupol yang terkepung dan babak belur di Ukraina di mana pertempuran sengit menutup pabrik baja utama dan pemerintah setempat memohon bantuan lebih lanjut.