TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Militer Rusia mengatakan telah menggunakan rudal hipersonik Kinzhal guna menghancurkan gudang senjata bawah tanah di dekat kota Ivano-Frankivsk di Ukraina barat.
Lokasi gudang bawah tanah ini terletak sekira 50 kilometer dari perbatasan Ukraina-Romania. Serangan digelar Jumat (18/3/2022).
Pernyataan disampaikan juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov, dikutip portal berita Russia Today dan Aljazeera.com, Sabtu (19/3/2022).
Ia menambahkan, gudang besar bawah tanah itu berisi persediaan rudal dan amunisi udara pasukan Ukraina. Terletak di sebuah desa bernama Deliatyn.
Baca juga: Rusia Luncurkan Rudal Hipersonik Kinzhal ke Gudang Senjata Ukraina, Seberapa Besar Kekuatan Moskow?
Baca juga: 180 Tentara Bayaran Asing Tewas, Saat Rudal Rusia Hancurkan Pangkalan Militer Ukraina
Kinzhal, yang berarti 'belati' dalam bahasa Inggris, digunakan militer Rusia untuk pertama kalinya sejak dimulainya konflik Ukraina pada 24 Februari 2022.
Peluru kendali itu disebutkan mampu menembus pertahanan udara musuh dala kecepatan hipersonik, maksimal 10 Mach atau 10 kali kecepatan suara.
Rudal Kinzhal dibawa pesawat pencegat supersonik MiG-31K, yang disebut NATO sebagai 'Foxhound'. Kinzhal melengkapi kekuatan rudal hipersonik Rusia lain, yaitu Avangard dan Tshirkon.
Avangard berbentuk glider, yang dipasang pada ICBM berbasis silo. Sementara rudal Zircon (Tsirkon), dikembangkan untuk angkatan laut Rusia.
Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina bulan lalu menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk.
Rusia mengakui kehadiran negara Republik Donbass, yaitu Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dari Ukraina.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Lalu apa dan siapa rudal hipersonik Kinzhal? Apa kehebatannya? Rudal Kinzhal mulai beroperasi pada Desember 2017.
Ia menjadi satu di antara enam senjata strategis Rusia baru yang diresmikan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret 2018.
Rudal tersebut pertama kali digunakan pada 2016 selama kampanye militer Rusia di Suriah. Di palagan lain, untuk pertama kali digunakan saat operasi militer Rusia ke Ukraina.
Kh-47M2 Kinzhal merupakan rudal udara-ke-darat aero-balistik hipersonik berkemampuan nuklir.Ia memiliki jangkauan diklaim lebih dari 2.000 km (1.200 mil).
Mampu membawa hulu ledak konvensional dan nuklir, rudal ini dapat diluncurkan dari pembom Tupelov Tu-22M3, selain jet pencegat MiG-31K.
Senjata itu membuat debut publiknya selama kontes internasional Aviadarts pada Agustus 2019. Menurut kantor berita TASS, peluncuran pertama Kinzhal dilakukan di kutub utara.
Peluncuran dilakukan jet MiG-31K dari pangkalan udara Olenya. Rudal itu mengenai target darat di sasaran yang sudah ditetapkan pada kecepatan Mach 10.
Pada Juni 2021, sebuah rudal Kinzhal diluncurkan MiG-31K dari Pangkalan Udara Khmeimim, pada target darat di Suriah.
Sebuah resimen penerbangan telah dibentuk, dipersenjatai pesawat MiG-31K dilengkapi rudal hipersonik Kinzhal pada 2021.
Pada awal Februari 2022 beberapa jet pencegat MiG-31 yang menggendong rudal Kinzhal dikirim dari Pangkalan Udara Soltsy, Oblast Novgorod, ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Chernyakhovsk di eksklave Kaliningrad, barat Rusia.
Dikutip dari https://missiledefenseadvocacy.org/, rudal Kinzhal dirancang sebagai alat penangkal gerakan kapal perang Amerika Serikat dan NATO yang mengancam sistem rudal di Rusia.
Kecepatan hipersoniknya memungkinkan mengatasi sistem pertahanan udara atau rudal Amerika Serikat, seperti MIM-104 Patriot, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) sistem, dan Sistem Tempur Aegis.
Selain itu, sebagai ALBM, rudal dapat diluncurkan dari lokasi yang tidak terduga yang mungkin menggunakan radar sektoral (non-360 derajat), seperti yang digunakan untuk sistem rudal Patriot.(Tribunjogja.com/RT/Aljazeera/xna)