"Perdana Menteri akan menyatakan niat Inggris untuk bekerja dengan mitra untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina, termasuk penargetan dan intelijen jarak jauh, ketika rakyat Ukraina menghadapi invasi yang tidak beralasan," kata pernyataan kantor Perdana Menteri Inggris itu.
Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari sebagai tanggapan atas seruan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk untuk perlindungan terhadap serangan pasukan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi militer khusus, yang juga menargetkan infrastruktur militer Ukraina, bertujuan untuk "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Rusia mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina. Banyak negara di seluruh dunia, termasuk di barat memberlakukan berbagai sanksi yang melumpuhkan terhadap Rusia.
Operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah memasuki hari ke-28.
Operasi tersebut bertujuan untuk melindungi penduduk sipil dari republik Donbass yang memisahkan diri dari Donetsk dan Lugansk dan juga untuk "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Ketika pasukan Rusia melanjutkan operasi khusus mereka di Ukraina, menargetkan batalyon neo-Nazi dan memastikan pekerjaan koridor kemanusiaan, nasionalis Ukraina berusaha mencegah ribuan orang meninggalkan kota-kota yang diperangi.
Menurut pemimpin Donbass, Denis Pushilin, sekitar 150.000 warga sipil diyakini tinggal di daerah yang dikuasai kaum nasionalis di Mariupol, kota terbesar kedua di wilayah Donetsk.
Pada Selasa, Kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, Mikhail Mizintsev, mengatakan lebih dari 68.000 orang telah dievakuasi dari Mariupol, tanpa partisipasi dari pihak berwenang Kiev.
Dia menambahkan situasi kemanusiaan di kota itu sebagai bencana. Hingga Rabu, Kementerian Darurat Rusia mengirimkan sekitar 18 ton bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan susu formula.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)