TRIBUNNEWS.COM - Pada Selasa malam (29/3/2022), koalisi pimpinan Saudi yang memerangi Houthi di Yaman mengatakan, telah menghentikan operasi militer mulai Rabu (30/3/2022).
Pihak terkait menyatakan hal ini menyusul seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk gencatan senjata selama bulan suci Ramadhan.
Dilansir CNN, gencatan senjata adalah langkah paling signifikan dalam upaya perdamaian ketika masyarakat internasional berjuang untuk mengakhiri konflik tujuh tahun yang telah menewaskan puluhan ribu dan menyebabkan jutaan orang di ambang kelaparan.
"Komando pasukan gabungan koalisi mengumumkan penghentian operasi militer di Yaman mulai Rabu pukul 06.00 waktu setempat," lapor kantor berita Saudi SPA, mengutip pernyataan dari juru bicara koalisi Brigadir Jenderal Turki al-Malki.
Baca juga: UPDATE Grand Prix F1 Arab Saudi Berlanjut Sesuai Rencana, Houthi Sempat Serang Fasilitas Minyak
Baca juga: Berita Foto : Kilang Minyak Arab Saudi Terbakar Setelah Dirudal Houthi
Pemimpin Houthi Mohammed al-BukaitiĀ buka suara lewat unggahan Twitter.
"Ini berarti operasi militer kami untuk mematahkan pengepungan akan terus berlanjut," tambahnya.
Keputusan itu diambil di tengah upaya internasional untuk mengakhiri krisis Yaman dan mencapai solusi politik yang komprehensif, kata SPA.
Proposal PBB menyerukan gencatan senjata sementara selama Ramadhan dengan imbalan mengizinkan kapal bahan bakar berlabuh di pelabuhan Hodeidah yang dikuasai Houthi dan sejumlah kecil penerbangan komersial beroperasi dari bandara Sanaa, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan.
Ramadhan dimulai akhir pekan ini.
Baca juga: Kiswah Kakbah Dibersihkan Jelang Ramadan 1443
Pada 27 Maret, empat kapal bahan bakar menunggu di lepas pelabuhan Hodeidah, termasuk sebuah kapal tanker yang terjebak di daerah penahanan koalisi selama hampir tiga bulan, data PBB menunjukkan.
Bandara Sanaa telah ditutup sejak 2015, ketika koalisi melakukan intervensi setelah Houthi menggulingkan pemerintah Abd-Rabbu Mansour Hadi pada 2014.
Koalisi mengendalikan laut dan ruang udara Yaman.
Rencana yang disusun oleh utusan khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg juga didukung oleh Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya, kata kedua sumber tersebut.
Juru bicara Grundberg Ismini Palla menolak mengomentari rincian proposal tersebut, mengatakan bahwa gencatan senjata itu bertujuan untuk memberikan istirahat yang sangat dibutuhkan Yaman dari kekerasan.