TRIBUNNEWS.COM - Seorang anggota parlemen Rusia memperingatkan pembalasan Rusia jika Finlandia bergabung dengan NATO.
Dilansir Newsweek, anggota Dewan Federasi Rusia Vladimir Dzhabarov, mengatakan bahwa setiap langkah Helsinki untuk bergabung dengan NATO akan menjadi "kesalahan strategis".
Menurutnya, meski Finlandia mengembangkan hubungan dekat dengan Kremlin, keanggotaan NATO mengartikan negara itu akan menjadi target.
"Saya pikir itu (akan) menjadi tragedi yang mengerikan bagi seluruh rakyat Finlandia," kata Dzhabarov.
Kendati demikian, ia menyebut tidak mungkin Finlandia akan "menandatangani kartu untuk penghancuran negara mereka sendiri".
Baca juga: Komentar Kementerian Luar Negeri RI Soal Ucapan Menkeu AS yang Bakal Absen dari G20 Jika Ada Rusia
Baca juga: Kesaksian Perempuan Ukraina Lihat Tentara Rusia Eksekusi Mati Suaminya
Komentar Dzhabarov ini dirilis kantor berita lokal, RIA Novosti, pada Rabu (6/4/2022).
Ini merupakan ancaman terbaru Kremlin terhadap rencana Finlandia bergabung dengan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Perluasan aliansi ini ke negara-negara bekas Uni Soviet, menjadi salah satu dalih Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina.
Pada Maret lalu, Kepala Departemen Eropa Kementerian Luar Negeri Rusia, Sergei Belyayev mengatakan, Finlandia akan menghadapi konsekuensi politik yang serius jika masuk ke dalam NATO.
Sebelumnya, pada Selasa (5/4/2022) lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan bahwa Finlandia dan Swedia akan diterima untuk bergabung dengan aliansi.
Apa yang terjadi jika Finlandia gabung NATO?
Masuknya Finlandia menjadi anggota NATO akan menjadi perubahan besar dalam lingkungan keamanan Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Keanggotaan Finlandia akan secara drastis mengubah peta pertarungan antara Rusia dan Barat.
Dikutip dari Foreign Policy, jika Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut, total perbatasan darat antara wilayah NATO dan Rusia akan lebih dari dua kali lipat, dari sekitar 754 mil saat ini menjadi hampir 1.600 mil.
Sayap utara NATO akan semakin luas, melintasi perbatasan penuh dengan wilayah Murmansk dan Semenanjung Kola yang penting secara strategis di Rusia, di mana sebagian besar angkatan laut Rusia berpangkalan.
Wacana untuk bergabung dengan NATO juga terjadi di negara tetangga, Swedia.
Sama seperti Finlandia, Swedia menjadi negara netral atau non-blok selama beberapa dekade hingga wacana untuk bergabung dengan aliansi menguat, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Bahkan dari kedua negara ini, publik Swedialah yang secara historis lebih terbuka untuk menjadi anggota aliansi militer daripada Finlandia.
Meskipun Finlandia semakin dekat dengan keanggotaan NATO daripada Swedia, sebagian besar analis dan diplomat setuju bahwa kedua negara ini adalah satu paket.
Jika satu bergabung, yang lain kemungkinan akan mengikuti.
Sejarah Finlandia dan Uni Soviet
Finlandia berbagi perbatasan sepanjang 830 mil dengan Rusia dan pernah menjadi bagian dari kekaisaran Rusia.
Negara ini memperoleh kemerdekaan setelah Perang Dunia I.
Uni Soviet menginvasi Finlandia pada tahun 1939, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Musim Dingin.
Setelah perjanjian damai pada tahun 1940, Soviet dan Finlandia kembali bentrok dalam Perang Berkelanjutan yang dimulai pada tahun 1941, tepat setelah Nazi Jerman menginvasi Uni Soviet.
Perang berlangsung hingga tahun 1944.
Pada tahun 1948, Finlandia menandatangani Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Bantuan Bersama dan bertekad untuk tetap netral.
Baca juga: NATO Sebut Rusia akan Lancarkan Serangan Baru di Donbas Ukraina dalam Beberapa Minggu ke Depan
Baca juga: Taliban Disebut Lebih Hebat Dibandingkan Tentara Rusia, Ini Alasannya
Sebuah perjanjian persahabatan baru ditandatangani antara Helsinki dan Moskow pada tahun 1992.
Namun, agresi Moskow di Ukraina membuat Helsinki mencari cara untuk memperkuat keamanan nasional, termasuk kemungkinan bergabung dengan NATO.
Gagasan ini semakin populer di kalangan politisi Finlandia.
Ada peningkatan dukungan juga dari publik terkait kemungkinan bergabung dengan aliansi.
Menurut survei pada bulan lalu, mayoritas atau 60 persen orang Finlandia mendukung bergabung dengan NATO.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)